Rabu, 17 Desember 2014

puisi


Dipintu ketujuh

dipintu ketujuh langkah ku terhenti
tak percaya dengan apa yang kulihat
semua berbeda tak seperti harapku
mungkin ini adalah sebuah pertanda
atau inilah fakta
fakta yang harus dimengerti dan dipahami
meski kita tak mengerti apa yang ada dalam angannya

Rabu, 09 April 2014

Resume Teori Post Modern



RESUME : TEORI POST POST-MODERN
Sumber : George Ritzer – Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta.2011

Meski banyak sosiolog dan teoritisi sosiologi menganggap post-modernisme sebagai sebuah mode dari pada sebagai upaya ilmiah, faktanya adalah bahwa post-modernisme tak bisa diabaikan oleh teoritisi sosiologi. Alasannya adalah karena adanya perbedaan besar di kalangan pemikir post-modern yang umumnya bersifat idiosinkretik sehingga sukar menggeneralisasi kesamaan pendapat mereka.
Smart membedakan tiga pendirian dikalangan pemikir post-modern sebagai berikut:
1.      Pendirian yang ekstrem menyatakan masyarakat modern telah terputus hubungannya dengan dan sama sekali telah digantikan oleh masyarakat post-modern (jean Baudrillard, Gilles Deleuze dan Felix Guattari, Bogard)
2.      Pendirian yang menyatakan bahwa meski telah terjadi perubahan, post-modernisme muncul dan terus berkembang bersama dengan post-modernisme (pemikir Marxian : Fredric Jameson, Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe serta feminis post-modern seperti Nancy Fraser dan Linda Nicholson).
3.      Pendirian Smart lebih memandang modernism dan post-modernisme sebagai zaman. Keduanya terlibat dalam rentetan hubungan jangka panjang dan post modernism terus menerus menunjukkan keterbatasan modernism.

Meski berguna, tipologi Smart ini ditolak oleh pemikir post modernism lain karena terlalu menyederhanakan perbedaan besar antara pemikiran mereka. Demi kejelasannya, perlu dibedakan antara istilah post-modernitas, post-modernisme dan teori sosial post-modern sebagaimana yang penulis rangkum dalam tabel berikut.




Post-modernitas
Post-modernisme
Teori sosial post-modern
Mengacu pada periode historis yang umumnya dilihat menyusul era modern
Mengacu pada produk cultural (dibidang kesenian, film, arsitektur, dsb) yang berbeda dari produk cultural modern
Mengacu pada cara berfikir yang berbeda dari teori sosial modern.
Periode historis baru,
Produk cultural baru
Tipe baru
Tertuju pada keyakinan yang tersebar luas bahwa era modern berakhir dan kita memasuki periode historis baru post-modernisme
Berkaitan dengan dunia cultural dan dapat dinyatakan bahwa produk modern
Mencari landasan universal, ahistoris dan rasional untuk analisisnya dan untuk mengkritik masyarakat
Menolah metanarrative umumnya dan menolak narasi besar dalam sosiologi khususnya




TEORI SOSIAL POST-MODERAT : FREDRIC JAMESON

Fredric Jameson (1984) dalam esainya yang berjudul “Post-modernism or Cultural Logic of Late Capitalism”, menunjukkan pendirian Marxian Jameson bahwa kapitalisme yang kini dalam fase “lanjutnya” masih menjadi gambaran dominan dalam kehidupan sekarang tetapi telah menimbulkan logika kultural baru – post-modernisme. Dengan kata lain, meski logika kulturalnya telah berubah, namun yang melandasi struktur ekonomi masih tetap bentuk kapitalisme awal. Kapitalisme terus membangun muslihat kunonya yang sama dalam mengembangbiakkan logika kultural untuk membantu mempertahankan dirinya sendiri.
           
Berikut ini adalah pemikiran dari Jameson yang penulis simpulkan melalui sumber
1.      Jameson menolak klaim yang dibuat oleh kebanyakan pemikir post-modern (misalnya Lyotard, Baudrillard) yang menyatakan bahwa teori Marxian adalah narasi besar par – excellence dan tidak relevan dengan post-modernitas. Namun, Jameson tidak hanya menyelamatkan teori Marxian, tetapi berusaha keras untuk menunjukkan bahwa teori itu menawarkan penjelasan teoritis terbaik tentang post-modernitas. Meski, Jameson dipuji karena pemahamannya yang mendalam mengenai kultur post-modernisme, ia juga sering dikritik terutama oleh teoritisi Marxis karena menawarkan analisis yang tak memadai tentang basis ekonomi dari dunia kultural baru ini. Berikut  
2.      Kapitalisme menciptakan pembebasan dan kemajuan yang sangat berharga, tetapi pada waktu yang bersamaan meningkatkan penindasan dan alienasi
3.      Mengakui bahwa post-modernisme biasanya berkaitan dengan perubahan radikal, tetapi kemudian setelah membahas beberapa hal yang biasanya berkaitan dengan post-modernisme, ia mulai mempertanyakan mengenai perubahan  gaya yang mode sebagai implikasi perubahan fundamental
4.      Ada tiga tahap dalam kapitalisme yaitu:
a.       Kapitalisme pasar atau kemunculan pasar nasional yang dipersatukan (seperti dianalisis oleh Marx)
b.      Tahap imperialis dengan munculnya jaringan kapitalis global (Lenin)
c.       Kapitalisme akhir yang memerlukan ekspansi luar biasa hingga ke kawasan yang hingga kini belum dimanfaatkan (Mandel dan Jameson)
5.      Kunci kapitalisme modern adalah watak multinasionalnya dan fakta bahwa ia memperbesar rentang komoditasnya
6.      Masyarakat post-modern terdiri dari empat unsur dasar yaitu:
a.       Masyarakat post-modern ditandai oleh kedangkalan dan kekurang kedalaman.
b.      Post-modernisme ditandai oleh kepura-puraan atau kelesuan emosi
c.       Post-modernisme ditandai oleh hilangnya kesejarahan
d.      Terdapat sejenis teknologi baru yang berkaitan erat dengan masyarakat post-modern








TEORI SOSIAL POST-MODERN EKSTREM : JEAN BAUDRILLARD

Baudrillard adalah tokoh yang paling radikal. Berikut ini adalah cara Baudrillard menggambarkan kehidupan post-modern
1.      Ditandai oleh simulasi
Proses simulasi mengarah kepada penciptaan “simulacra atau reproduksi objek dan atau peristiwa”.
2.      Hiperrealitas
3.      Memusatkan perhatian pada kultur yang dilihatnya mengalami revolusi besar - besaran dan merupakan bencana besar. Revolusi kultural itu menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang semakin memberontak seperti yang diperkirakan oleh pemikir Marxis.
4.      Pertukaran simbolik sebagai alternatif yang lebih disukai, masyarakat masa kini mulai kelihatan terlalu primitif bagi Baudrillard dan ia mengganggap godaan sebagai alternatif yang lebih disukai, mungkin karena lebih sesuai dengan perasaannya yang timbul mengenai post-modernisme

TEORI SOSIAL POST-MODERNISME DAN TEORI SOSIOLOGI

Post-modernisme tak dapat dipandang sebagai teori. Teori sosiologi di definisikan sebagai “gagasan besar dalam sosiologi yang telah bertahan atas ujian waktu, sistem gagasan yang menjelaskan masalah sosial besar dan luas cakupannya”. Menurut Ritzer, Gagasan radikal post-modernis seperti Baudrillard sesuai dengan definisi ini. Baudrillard memang menawarkan sejumlah “gagasan besar” (simulasi, hiperrealitas, pertukaran simbolik, godaan) yang memiliki implikasi terhadap bagian substansial dari dunia sosial. Baurillard menawarkan teori sosiologi. Namun, pendapat ini di tolak oleh pemikir post-modern. Menurut mereka, Baudrillard tidak menawarkan narasi besar, tetapi potongan gagasan yang sering kelihatan kontradiksi satu sama lain.



PENERAPAN TEORI SOSIAL POST-MODERN

            Sebagaimana Max Weber memperingatkan kita pada proses rasionalisasi, namun Weber juga membuat kita sensitif pada persoalan yang diasosiasikan dengan rasionalisasi khususnya disenchantment yang berarti pembuangan “elemen magis dari pemikiran”. Hal ini tidak menarik bagi konsumen baru sehingga perlu menemukan sebuah cara yang lebih memikat mereka yaitu:
1.      Gagasan re-enchantment yang membawa kita pada teori sosial post-modern karena post-modernis memberikan perhatian besar pada proses re-enchantment. Hal ini merupakan jalan keluar dari dilemma disenchantment dunia pada umumnya dan alat-alat konsumsi pada khususnya.
2.      Melakukan simulasi untuk penciptaan atau pengubahan fenomena riil yaitu dengan cara membuat lebih spektakuler ketimbang aslinya agar lebih menarik konsumen.
3.      Melakukan implosi sebagai cara cepat dalam mempresentasikan semacam pertunjukkan untuk menarik konsumen dan membuat mereka mengkonsumsinya.

KRITIK DAN TEORI SOSIAL POST-MODERN

John O’Neill (1995) menuliskan tentang “kegilaan post-modernisme”. Dia mendeskripsikannya sebagai pemberi “langit hitam omong kosong yang besar”. Namun beberapa  kritik terhadap teori sosial post-modern yang bisa penulis simpulkan adalah sebagai berikut:
1.      Dikritik karena kegagalannya untuk berbuat sesuai dengan standar ilmiah modern
2.      Pengetahuan yang dihasilkan oleh post-modernis tidak dapat dilihat sebagai suatu tubuh ide-ide saintifik, maka mungkin lebih baik untuk melihat teori sosial post modern sebagai ideologi
3.      Karena tidak dibatasi oleh norma-norma sains, post-modernis bebas untuk melakukan apa yang mereka suka, “bermain-main” dengan berbagai macam ide
4.      Ide-ide post-modern sering kali sangat kabur dan abstrak sehingga sulit, jika bukan mustahil untuk menghubungkannya dengan dunia sosial.
5.      Meski propensitas mereka untuk mengkritik narasi besar dari teori modern, teoritisi sosial post-modern seringkali memberikan variasi narasi
6.      Teoritisi sosial post-modern seringkali melancarkan kritik terhadap masyarakat modern, namun kritik-kritik itu dapat dipertanyakan validitasnya karena pada umumnya kekurangan basis normative untuk membuat penilaian
7.      Dengan penolakannya terhadap minat kepada subjek dan subjektivitas, post-modernis seringkali kekurangan suatu teori tentang agen.
8.      Teoritisi sosial post-modern paling-paling mengkritik masyarakat, tetapi kekurangan visi tentang bagaimana masyarakat itu seharusnya
9.      Teori sosial post-modern cenderung pesimis
10.  Sementara teoritisi sosial post-modern bergulat dengan apa yang mereka anggap isu sosial utama, mereka seringkali akhirnya mengabaikan hal-hal yang dianggap sebagai problem penting di masa kita
11.  Kaum feminis secara khusus mengkritik dengan keras masing-masing terhadap subjek, penentangannya terhadap kategori lintas-kultural yang universal seperti jender dan penindasan jender, perhatiannya yang berlebihan terhadap perbedaan, penolakannya terhadap kebenaran, dan ketidakmampuannya untuk mengembangkan agenda politik kritis

KELEBIHAN
1.      Teori sosial Foucault, sumber terbaik post-strukturalisme dan post-modernisme, kita menemukan usaha paling kuat untuk bergerak melampaui teori post-modern
2.       Teori sosial modern sebagaimana dijelaskan dalam The Empire of Fashion: Dressing Modern Democracy karya Gilles Lipovetsky. Secara eksplisit membahas strukturalis dan post-modernis, yang mana dalam masyarakat kita fashion (mode pakaian) adalah pemegang kendali dan merupakan kekuatan dalam kebangkitan individualitas dengan mengizinkan orang untuk mengekspresikan diri mereka dan individualitas mereka dalam pakaian mereka sementara mereka bahkan bisa mengikuti perubahan dalam fashion.