RESUME :
TEORI POST POST-MODERN
Sumber :
George Ritzer – Douglas J. Goodman. Teori
Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta.2011
Meski banyak sosiolog dan teoritisi sosiologi
menganggap post-modernisme sebagai sebuah mode dari pada sebagai upaya ilmiah,
faktanya adalah bahwa post-modernisme tak bisa diabaikan oleh teoritisi
sosiologi. Alasannya adalah karena adanya perbedaan besar di kalangan pemikir
post-modern yang umumnya bersifat idiosinkretik
sehingga sukar menggeneralisasi kesamaan pendapat mereka.
Smart membedakan tiga pendirian dikalangan
pemikir post-modern sebagai berikut:
1. Pendirian
yang ekstrem menyatakan masyarakat modern telah terputus hubungannya dengan dan
sama sekali telah digantikan oleh masyarakat post-modern (jean Baudrillard,
Gilles Deleuze dan Felix Guattari, Bogard)
2. Pendirian
yang menyatakan bahwa meski telah terjadi perubahan, post-modernisme muncul dan
terus berkembang bersama dengan post-modernisme (pemikir Marxian : Fredric
Jameson, Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe serta feminis post-modern seperti
Nancy Fraser dan Linda Nicholson).
3. Pendirian
Smart lebih memandang modernism dan post-modernisme sebagai zaman. Keduanya
terlibat dalam rentetan hubungan jangka panjang dan post modernism terus
menerus menunjukkan keterbatasan modernism.
Meski berguna, tipologi Smart ini ditolak oleh pemikir post
modernism lain karena terlalu menyederhanakan perbedaan besar antara pemikiran
mereka. Demi kejelasannya, perlu dibedakan antara istilah post-modernitas,
post-modernisme dan teori sosial post-modern sebagaimana yang penulis rangkum
dalam tabel berikut.
Post-modernitas
|
Post-modernisme
|
Teori sosial post-modern
|
Mengacu
pada periode historis yang umumnya dilihat menyusul era modern
|
Mengacu
pada produk cultural (dibidang kesenian, film, arsitektur, dsb) yang berbeda
dari produk cultural modern
|
Mengacu
pada cara berfikir yang berbeda dari teori sosial modern.
|
Periode
historis baru,
|
Produk
cultural baru
|
Tipe baru
|
Tertuju
pada keyakinan yang tersebar luas bahwa era modern berakhir dan kita memasuki
periode historis baru post-modernisme
|
Berkaitan
dengan dunia cultural dan dapat dinyatakan bahwa produk modern
|
Mencari landasan
universal, ahistoris dan rasional untuk analisisnya dan untuk mengkritik
masyarakat
|
Menolah
metanarrative umumnya dan menolak narasi besar dalam sosiologi khususnya
|
TEORI SOSIAL
POST-MODERAT : FREDRIC JAMESON
Fredric Jameson (1984) dalam esainya yang
berjudul “Post-modernism or Cultural
Logic of Late Capitalism”, menunjukkan pendirian Marxian Jameson bahwa kapitalisme
yang kini dalam fase “lanjutnya” masih menjadi gambaran dominan dalam kehidupan
sekarang tetapi telah menimbulkan logika kultural baru – post-modernisme.
Dengan kata lain, meski logika kulturalnya telah berubah, namun yang melandasi
struktur ekonomi masih tetap bentuk kapitalisme awal. Kapitalisme terus
membangun muslihat kunonya yang sama dalam mengembangbiakkan logika kultural
untuk membantu mempertahankan dirinya sendiri.
Berikut ini adalah pemikiran dari Jameson yang penulis simpulkan
melalui sumber
1. Jameson
menolak klaim yang dibuat oleh kebanyakan pemikir post-modern (misalnya
Lyotard, Baudrillard) yang menyatakan bahwa teori Marxian adalah narasi besar par – excellence dan tidak relevan
dengan post-modernitas. Namun, Jameson tidak hanya menyelamatkan teori Marxian,
tetapi berusaha keras untuk menunjukkan bahwa teori itu menawarkan penjelasan
teoritis terbaik tentang post-modernitas. Meski, Jameson dipuji karena
pemahamannya yang mendalam mengenai kultur post-modernisme, ia juga sering
dikritik terutama oleh teoritisi Marxis karena menawarkan analisis yang tak
memadai tentang basis ekonomi dari dunia kultural baru ini. Berikut
2. Kapitalisme
menciptakan pembebasan dan kemajuan yang sangat berharga, tetapi pada waktu
yang bersamaan meningkatkan penindasan dan alienasi
3. Mengakui
bahwa post-modernisme biasanya berkaitan dengan perubahan radikal, tetapi
kemudian setelah membahas beberapa hal yang biasanya berkaitan dengan
post-modernisme, ia mulai mempertanyakan mengenai perubahan gaya yang mode sebagai implikasi perubahan
fundamental
4. Ada tiga
tahap dalam kapitalisme yaitu:
a.
Kapitalisme pasar atau kemunculan pasar nasional yang dipersatukan
(seperti dianalisis oleh Marx)
b.
Tahap imperialis dengan munculnya jaringan kapitalis global
(Lenin)
c.
Kapitalisme akhir yang memerlukan ekspansi luar biasa hingga ke
kawasan yang hingga kini belum dimanfaatkan (Mandel dan Jameson)
5. Kunci
kapitalisme modern adalah watak multinasionalnya dan fakta bahwa ia memperbesar
rentang komoditasnya
6. Masyarakat
post-modern terdiri dari empat unsur dasar yaitu:
a.
Masyarakat post-modern ditandai oleh kedangkalan dan kekurang
kedalaman.
b.
Post-modernisme ditandai oleh kepura-puraan atau kelesuan emosi
c.
Post-modernisme ditandai oleh hilangnya kesejarahan
d.
Terdapat sejenis teknologi baru yang berkaitan erat dengan
masyarakat post-modern
TEORI SOSIAL
POST-MODERN EKSTREM : JEAN BAUDRILLARD
Baudrillard adalah tokoh yang paling radikal.
Berikut ini adalah cara Baudrillard menggambarkan kehidupan post-modern
1. Ditandai
oleh simulasi
Proses simulasi mengarah kepada penciptaan “simulacra atau reproduksi objek dan atau peristiwa”.
2. Hiperrealitas
3. Memusatkan
perhatian pada kultur yang dilihatnya mengalami revolusi besar - besaran dan
merupakan bencana besar. Revolusi kultural itu menyebabkan massa menjadi
semakin pasif ketimbang semakin memberontak seperti yang diperkirakan oleh
pemikir Marxis.
4. Pertukaran
simbolik sebagai alternatif yang lebih disukai, masyarakat masa kini mulai
kelihatan terlalu primitif bagi Baudrillard dan ia mengganggap godaan sebagai alternatif
yang lebih disukai, mungkin karena lebih sesuai dengan perasaannya yang timbul
mengenai post-modernisme
TEORI SOSIAL
POST-MODERNISME DAN TEORI SOSIOLOGI
Post-modernisme tak dapat dipandang sebagai
teori. Teori sosiologi di definisikan sebagai “gagasan besar dalam sosiologi
yang telah bertahan atas ujian waktu, sistem gagasan yang menjelaskan masalah
sosial besar dan luas cakupannya”. Menurut Ritzer, Gagasan radikal
post-modernis seperti Baudrillard sesuai dengan definisi ini. Baudrillard
memang menawarkan sejumlah “gagasan besar” (simulasi, hiperrealitas, pertukaran
simbolik, godaan) yang memiliki implikasi terhadap bagian substansial dari
dunia sosial. Baurillard menawarkan teori sosiologi. Namun, pendapat ini di
tolak oleh pemikir post-modern. Menurut mereka, Baudrillard tidak menawarkan
narasi besar, tetapi potongan gagasan yang sering kelihatan kontradiksi satu
sama lain.
PENERAPAN
TEORI SOSIAL POST-MODERN
Sebagaimana Max
Weber memperingatkan kita pada proses rasionalisasi, namun Weber juga membuat
kita sensitif pada persoalan yang diasosiasikan dengan rasionalisasi khususnya disenchantment yang berarti pembuangan “elemen magis dari pemikiran”. Hal ini
tidak menarik bagi konsumen baru sehingga perlu menemukan sebuah cara yang
lebih memikat mereka yaitu:
1. Gagasan re-enchantment yang membawa kita pada
teori sosial post-modern karena post-modernis memberikan perhatian besar pada
proses re-enchantment. Hal ini
merupakan jalan keluar dari dilemma disenchantment
dunia pada umumnya dan alat-alat konsumsi pada khususnya.
2. Melakukan simulasi
untuk penciptaan atau pengubahan fenomena riil yaitu dengan cara membuat lebih
spektakuler ketimbang aslinya agar lebih menarik konsumen.
3. Melakukan implosi
sebagai cara cepat dalam mempresentasikan semacam pertunjukkan untuk menarik
konsumen dan membuat mereka mengkonsumsinya.
KRITIK DAN
TEORI SOSIAL POST-MODERN
John O’Neill
(1995) menuliskan tentang “kegilaan
post-modernisme”. Dia mendeskripsikannya sebagai pemberi “langit hitam omong kosong yang besar”. Namun
beberapa kritik terhadap teori sosial
post-modern yang bisa penulis simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Dikritik
karena kegagalannya untuk berbuat sesuai dengan standar ilmiah modern
2. Pengetahuan
yang dihasilkan oleh post-modernis tidak dapat dilihat sebagai suatu tubuh
ide-ide saintifik, maka mungkin lebih baik untuk melihat teori sosial post
modern sebagai ideologi
3. Karena tidak
dibatasi oleh norma-norma sains, post-modernis bebas untuk melakukan apa yang
mereka suka, “bermain-main” dengan berbagai macam ide
4. Ide-ide
post-modern sering kali sangat kabur dan abstrak sehingga sulit, jika bukan
mustahil untuk menghubungkannya dengan dunia sosial.
5. Meski
propensitas mereka untuk mengkritik narasi besar dari teori modern, teoritisi
sosial post-modern seringkali memberikan variasi narasi
6. Teoritisi
sosial post-modern seringkali melancarkan kritik terhadap masyarakat modern,
namun kritik-kritik itu dapat dipertanyakan validitasnya karena pada umumnya
kekurangan basis normative untuk membuat penilaian
7. Dengan
penolakannya terhadap minat kepada subjek dan subjektivitas, post-modernis
seringkali kekurangan suatu teori tentang agen.
8. Teoritisi
sosial post-modern paling-paling mengkritik masyarakat, tetapi kekurangan visi
tentang bagaimana masyarakat itu seharusnya
9. Teori sosial
post-modern cenderung pesimis
10. Sementara
teoritisi sosial post-modern bergulat dengan apa yang mereka anggap isu sosial
utama, mereka seringkali akhirnya mengabaikan hal-hal yang dianggap sebagai
problem penting di masa kita
11. Kaum feminis
secara khusus mengkritik dengan keras masing-masing terhadap subjek,
penentangannya terhadap kategori lintas-kultural yang universal seperti jender
dan penindasan jender, perhatiannya yang berlebihan terhadap perbedaan,
penolakannya terhadap kebenaran, dan ketidakmampuannya untuk mengembangkan
agenda politik kritis
KELEBIHAN
1. Teori sosial
Foucault, sumber terbaik post-strukturalisme dan post-modernisme, kita
menemukan usaha paling kuat untuk bergerak melampaui teori post-modern
2. Teori sosial modern sebagaimana dijelaskan
dalam The Empire of Fashion: Dressing
Modern Democracy karya Gilles Lipovetsky. Secara eksplisit membahas
strukturalis dan post-modernis, yang mana dalam masyarakat kita fashion (mode pakaian) adalah pemegang
kendali dan merupakan kekuatan dalam kebangkitan individualitas dengan
mengizinkan orang untuk mengekspresikan diri mereka dan individualitas mereka
dalam pakaian mereka sementara mereka bahkan bisa mengikuti perubahan dalam fashion.