Rabu, 13 Januari 2016

Perbedaan Manajemen Jepang dan Amerika

Berbeda dengan Jepang, dalam manajemen bisnis di perusahaan Amerika, usulan mengenai suatu proyek selalu mengandung instruksi yang tegas dan jelas, dan pekerjanya selalu merasa cukup mengerjakan lantas menyelesaikan proyek-proyeknya tanpa harus selalu berkonsultasi dengan atasannya. Sang atasan juga tidak merasa perlu untuk selalu mengecek bawahannya ketika ia telah memberi instruksi yang jelas dan mendetail. Dalam banyak hal, Amerika cenderung cepat dalam membuat keputusan sendiri, tanpa mengandalkan orang lain. Hampir semua deskripsi pekerjaan memuat “works well without supervision” dan “a self-starter” yang mencerminkan kemandirian. masalah dapat diselesaikan dan keputusan dibuat pada tingkat terendah yang bisa mereka lakukan dalam sebuah organisasi. Meminta bantuan kepada orang lain akan terlihat seperti individu yang lemah, terutama ketika masalah terjadi pada bidang di mana pekerja tersebut memiliki tanggung jawab atau seorang ahli dalam bidang tersebut. Amerika lebih menekankan tindakan cepat daripada menghabiskan waktu dengan menganalisis masalah, sesuai dengan ujaran di Amerika, “Just do it” dan “Let’s get this show on the road” menunjukkan preferensi mereka untuk melakukan apapun tanpa harus repot-repot melakukan analisis terlebih dulu. Bagi orang Jepang, ada tiga masalah berkaitan dengan kebiasaan non-kolektif seperti itu. Pertama, ketika Amerika tidak melaporkan masalah-masalah mereka, mereka akan memerlukan lebih banyak waktu untuk mencari solusinya sementara Jepang telah melakukan analisis lebih dulu. Kedua, meskipun Amerika telah “memperbaiki” masalah tersebut, namun mereka mereka memperbaiki sendiri—masalah tidak akan terangkat ke permukaan hingga pada tingkatan yang lebih kritis, di mana akan lebih sulit untuk diselesaikan. Ketiga, dua situasi di atas membuat Jepang merasa prihatin sebab mereka tidak mendapatkan gambaran yang jelas mengenai otoritas pengambilan keputusan Amerika. Menerapkan sistem hourensou untuk menjaga komunikasi dengan orang Jepang mungkin terlihat menghabiskan waktu, namun hal ini akan meningkatkan kepercayaan satu sama lain dalam pengambilan keputusan. Dengan tidak menyelesaikan apapun sendirian, individu mendapatkan lebih banyak kepercayaan dan otoritas dalam kinerjanya (Pringle, 2012).

Ini merupakan perbedaan besar yang mengontraskan Jepang dan Amerika dalam kultur manajanemen bisnisnya. Berbanding terbalik dengan Amerika, konsultasi dalam tim untuk menemukan solusi merupakan hal yang lumrah di Jepang, mereka bekerja secara kolektif dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini mungkin juga berakar dari kultur bercocok tanam orang Jepang, sistem pertanian yang mengandalkan kerja sama segenap penduduk desa untuk menciptakan hasil yang baik. Selanjutnya, orang yang bersikeras mengatasi permasalahannya sendirian disebut “a lone wolf” atau “serigala yang sendirian”, sebutan bagi mereka yang tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan orang lain. Pendek kata, Jepang mengandalkan kerjasama dalam kelompok sementara Amerika fokus pada kemandirian individu.

Dikutip dari berbagai sumber



2 komentar: