Minggu, 03 April 2016

mencari makna sebuah puisi?

Puisi adalah ungkapan perasaan seorang penyairnya, tetapi bukan perasaan yang kosong melompong, namun perasaan yang mempunyai kaitan dengan lingkungan hidup dari seorang penyair serta latar belakang pribadinya. Perasaan demikian disebut momen sensasional. hal ini mempengaruhi isi puisinya. bagi seorang deklamator, selain harus menafsirkan isi puisi yang akan di deklamasikan, juga harus tahu saat mana puisi yang akan di deklamasikan, juga harus tahu menafsirkan isi puisi yang akan di deklamasikan, harus tahu kapan puisi itu diciptakan dan sedikit latar belakang penyairnya. 
Memang dalam menafsirkan suatu karya puisi, kadang-kadang kita akan dipengaruhi oleh subjektifitas kita sendiri, bahkan menafsirkan sesuatu dari sudut pandang kita sendiri. Kita hanya mengira, mungkin sebuah puisi diciptakan penyairnya hanya menggambarkan lingkungan dan suasana sekitarnya saja, tetapi kenyataannya banyak puisi terlahir yang menyangkut aspek sosial, budaya, kemanusiaan dan lain-lain.Begitu pula sebaliknya, sebuah puisi yang besar, yang mempunyai makna perjuangan bangsa atau lebih bersifat manusiawi, sering si penafsir hanya memandang terlalu kecil maknanya. Itulah sebabnya untuk menghindari kekeliruan seperti ini, kita perlu tahu sedikit tentang latar belakang penyairnya, ruang waktu karya puisi itu lahir, lingkungan sosialnya, dan adat istiadat dari objek puisi itu berperan. 
sebagai contoh kita ambil saja Chairil Anwar 

Hampa
kepada sri yang selalu sunyi
sepi diluar, sepi menekan mendesak
lurus kaku pepohonan. tak bergerak
sampai kepuncak
sepi memagut
tak kuasa berani melepas diri
segala menanti. menanti. menanti
sepi
dan ini menanti, penghabisan mencekik
memberati mencengkung pundak
udara bertuba
runtuh gugur segala. setan bertempik
ini sepi terus ada. menanti. menanti

April 1943
Ditinjau dari tahunnya, puisi ini lahir pada tahun 1943. tahun –tahun ini adalah masa jepang berkuasa dengan segala kekejamannya. Jepang menindas setiap pergerakan yang melawan kekuasaannya dan tahun-tahun ini bangsa kita tengah bergejolak mempersiapkan saat-saat kemerdekaan Indonesia. Gerakan bangsa kita pada masa itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi

sepi diluar. Sepi menekan mendesak

semua orang seakan-akan pasrah. Diam dalam cengkeraman kekejaman jepang. Itu ungkapan baris pertama dari pusi hampa chairil anwar
pada bait berikutnya ia menulis:
sampai kepuncak
sepi memagut
tak kuasa berani melepas diri
segala menanti. menanti. menanti

seolah-olah seluruh lapisan masyarakat, dari terendah sampai keatas sedang diam. Padahal pergolakan sedang terjadi. Menanti yang dimaksud Chairil Anwar adalah menanti saat pergolakan itu pecah

Sumber: Andi Wasis. 1981. Deklamasi. Mutiara. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar