Senin, 25 Juli 2016

Resume : SOSIOLOGI FEMINIS


·         Pokok persoalan yang ditekankan oleh Sosiologi Feminis
Sosiologi feminis melihat segala sesuatu yang dinamakan orang sebagai “pengetahuan tentang dunia” dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Pengetahuan itu selalu ditemukan dari tempat yang menguntungkan aktor yang berada dalam struktur sosial tertentu
2.      Pengetahuan itu selalu memihak, berkepentingan, tak pernah total dan objektif
3.      Pengetahuan itu berbeda-beda dari orang ke orang karena perbedaan dalam penjelmaan dan situasi sosial
4.      Pengetahuan itu selalu dipengaruhi oleh relasi kekuasaan – entah pengetahuan itu ditemukan dari tempat yang menguntungkan orang-orang yang dominan atau orang-orang yang di subordinasikan

Sosiologi feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai system gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang terpusat pada wanita. Teori ini terpusat pada wanita dalam tiga hal. Pertama situasi dan pengalaman wanita dalam masyarakat. Kedua, melihat dunia khusus dari sudut pandang wanita terhadap dunia sosial. Ketiga, teori feminis dikembangkan oleh pemikir kritis dan aktivis yang mencoba menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk wanita, menurut mereka, untuk kemanusiaan.
Teoritisi sosiologi feminis mempertimbangkan apa-apa yang merupakan pendirian perempuan. Salah satunya adalah produk kolektivitas sosial dengan sejarah dan komunitas lingkungan yang cukup untuk mengembangkan pengetahuan relasi sosial bersama. Feminis, memulai dari tempat Marx berhenti, mengidentifikasi kolektivitas penting – pemilik, buruh, dan perempuan – yang hubungannya dengan proses produksi dan reproduksi sosial membuat mereka menjadi sebuah kelompok tertentu.
Namun teori feminis berbeda dengan kebanyakan teori sosiologi karena teori ini mencakup semua sarjana dari disiplin lain, namun hal ini merupakan analisis untuk mengembangkan pemahaman kritis mengenai masyarakat untuk mengubah kehidupan kearah yang lebih adil dan berperikemanusiaan.

·         Kritikan mereka terhadap orientasi dan teori-teori sosiologi yang ada
Teori feminis memberikan banyak konstribusi bagi perkembangan teori kritis misalnya: Betty Friedan dalam The feminine Mystique tahun 1963 menyebutkan bahwa masalah perempuan kelas menengah semakin tidak terungkap. Teori feminis menyuarakan isu yang diabaikan oleh sebahagian besar teoritisi laki-laki
      Membaca teori feminis dalam satu buku yang hampir sepenuhnya diisi oleh teori laki-laki benar-benar kontroversial karena adanya kritik teori feminis yang tidak pandang bulu atas teori dan pengetahuan “male stream”. Namun Betty Fredan percaya bahwa strategi ini bisa dipertahankan karena semakin banyak karya (Feaser, 1989, Ben Habib 1992) yang diabdikan untuk menunjukkan antara Marxisme dan Feminisme
Dalam segi politik gender misalnya, teoritisi feminisme meletakkan politik seksualitas di rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan pembagian kerja dirumah tangga maupun dalam konsep-konsep feminitas dan maskulitas serta mengkaitkannya dengan politik rumah tangga seperti siapa yang merawat anak, memasak dan sebagainya. Demikian juga dengan perempuan-perempuan yang bekerja di sektor “kerah pink”. Mereka dibayar rendah dan tidak terorganisasi di dalam dunia kerja. Namun demikian, konsepsi patriarki adalah sebagai masalah struktural bagi perempuan  secara umum telah diabaikan oleh teorisasi laki-laki.
Dari hal tersebut diatas, feminis berpendapat bahwa teoretisi laki-laki menganggap remeh, penindasan yang dialami perempuan di rumah tangga, pasar kerja, politik dan budaya karena mereka melihat perempuan secara esensial bukanlah warga Negara.
Meskipun Engels (1972) setelah kematian Marx menulis dalam origin of the family, Private Property and the state yang menjelaskan bagaimana sosialisme mengatasi masalah perempuan untuk membebaskan mereka untuk memasuki pasar tenaga kerja.  Engels dan Marx lebih banyak berbicara tentang supremasi laki-laki sebagai topik teoritisi mereka.
Kaum feminis juga menentang multikulturalisme pos modern bahwa kelas, jender dan ras di perlakukan bukan hanya secara analitis terpisah. Namun, pemisahan analitis ini mendasari satu politik identitas yang niscaya  memfragmentasi kelas pekerja, orang kulit berwarna dan perempuan kedalam kelompok kepentingan terpisah dan bahkan saling beradu.
Kaum feminis juga telah mengembangkan teori mereka secara lebih medasar dibandingkan dengan yang dilakukan oleh sebahagian besar Marxis. Hal ini mengangkat kontribusi kedua teori feminis bagi pemahaman patriarki. Mereka juga menolak pembagian tradisional yunani tentang kehidupan pribadi dan kehidupan publik. Seperti teoritisi Mazhab Frankfurt, feminis memahami bahwa perubahan personal dan interpersonal harus mendasari perubahan sosial
Dalam bentuk politik seksualitas dan domestik misalnya, melalui pembagian kerja secara seksual, bahwa subordinasi perempuan oleh laki-laki di kedua wilayah itu sebenarnya memiliki keterkaitan.
Kontribusi utama ketiga teori feminis bagi penjenderan teori laki-laki adalah pandangan tentang pembagian kerja secara seksual yang membantu menjelaskan bagaimana subordinasi perempuan di pasar kerja, politik dan budaya mencerminkan dan memperkuat subordinasi mereka di dalam rumah tangga. Kaum feminis menentang pembelaan antropologis laki-laki tentang pembagian kerja berdasarkan seks sebagai cara rasional untuk menangani tuntutan ekonomi dan domestic yang asli pada masyarakat berburu dan meramu. Mereka juga menentang ide keluarga Victorian yang tetap menjadi model kontemporer ke keluarga inti, perempuan harus mengasuh laki-laki dan anak-anak sebagai kompensasi terhadap upah keluarga. Feminis menentang pembagian kerja berdasarkan seks karena tidak ada alasan biologis mengapa perempuan harus mengasuh anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga sementara laki-laki bekerja di luar rumah untuk mendapatkan upah, sehingga menjadikan sang istri tergantung kepada para suami. Feminis juga menentang pembagian kerja berdasarkan seks karena ini menyediakan satu model devaluasi aktivitas perempuan di semua wilayah- rumah tangga, politik, ekonomi, budaya
Kontribusi kelima teori feminis bagi teori sosial laki-laki adalah kritik atas heteroseksualitas wajib, yang merupakan ajaran sentral konsep Victorian tentang feminitas dan diambil dari asumsi bahwa perempuan memiliki nilai dalam hak seksual dan emosional mereka bagi laki-laki. Seperti isu tentang perempuan lesbian. Namun teori feminis mengangkat satu pertanyaan penting tentang sifat orientasi seksual, dimulai dengan konsep Rita de mae Brown tentang perempuan yang di identifikasikan sebagai perempuan.
Teoretisi feminis berusaha mengoreksi celah kekurangan teoretisi laki-laki yang berkaitan dengan isu jender maupun asumsi mereka yang tak teramati tentang patriarki. Namun, feminis harus menghargai “perbedaan” termasuk perbedaan di antara berbagai pendekatan feminis (misalnya Africana, lesbian, sosialis, poskolonial).

·         Ide pokok epistemology  feminis sosiologis
Teori sosiologi feminis berkembang dari teori feminis pada umumnya, sebuah cabang ilmu baru tentang wanita yang mencoba menyediakan system gagasan mengenai kehidupan manusia yang melukiskan wanita sebagai objek dan subjek, sebagai pelaku dan yang mengetahui.
Pengaruh gerakan feminis kontemporer terhadap sosiologi telah mendorong sosiologi untuk memusatkan perhatian pada masalah hubungan jender dan kehidupan wanita. Banyak teori sosiologi kini yang membahas masalah ini. Teori-teori fungsionalisme sosial-makro, teori konflik analisis dan teori system dunia neo-Marxian, semuanya mengeksplorasi rumah tangga dalam system politik sebagai cara menjelaskan posisi subordinasi sosial wanita.
Pertanyaan-pertanyaan feminis dapat digolongkan menurut empat pertanyaan mendasar:
1.      Dan bagaimana dengan perempuan?
2.      Mengapa situasi perempuan seperti sekarang ini?
3.      Bagaimana kita dapat mengubah dan memperbaiki dunia sosial?
4.      Bagaimana dengan perbedaan diantara perempuan?
Jawaban dari pertanyaan diatas menghasilkan banyak teori feminis

Teori feminis juga memberikan enam proposisi sebagai basis untuk revisi teori sosiologi standar.
1.      Praktik teori sosiologi harus berdasarkan sosiologi pengetahuan yang mengakui keberpihakan dari semua pengetahuan, mengakui orang yang mengetahui (knower) sebagai pihak yang ditempatkan secara sosial.
2.      Struktur sos makro di dasarkan atas proses yang dikendalikan oleh kelompok ominan yang bertindak untuk kepentingan kelompoknya sendiri

·         Yang dimaksud dengan sudut pandang perempuan (Women Stand’s Point)
Stand point adalah cara untuk mengungkapkan signifikansi problematika perempuan taua yang biasa disebut “pertanyaan perempuan”. Yang menjadi kerangka dasar stand point adalah melihat adanya kelompok dominan berpengetahuan di masyarakat sekaligus mendominasi, artinya, di tengah-tengah masyarakat ada kelompok marginal yang harus menerima pengetahuan dominan tersebut.
            Nancy harstock sebagaimana yang dikutip dari Widjajanti. M. Santoso dalam buku Sosiologi Feminisme konstruksi perempuan dalam industri media menjelaskan pandangan ini dengan menggunakan analogi kelompok buruh yang berbeda dari kelompok kapitas dan pemikiran stand point mengamati realitas dualistic. Feminis melihat bahwa pola pemikiran dualistic ini adalah pola fikir laki-laki, dimana posisi perempuan adalah kebalikan dari apa yang dialami oleh laki-laki. Untuk itu Feminis mengangkat pola dualistic tersebut dengan cara mengembangkan potensi penyadaran perempuan dan untuk memperlihatkan adanya perbedaan antara kehidupan sehari-hari dengan ideology serta mengganggap bahwa norma dan nilai abstrak merupakan suatu peraturan yang menekan kehidupan perempuan dewasa ini.
Dorothy Smith menggunakan mekanisme stand point tersebut dengan kata lain pemikiran Smith bukan sekadar pemikiran mengenai perempuan (sebagai objek penelitian) tetapi pemikiran untuk perempuan(perspektif perempuan) artinya ada pengetahuan tentang perempuan yang tidak terekam oleh pendekatan sosiologi. Apalagi, perspektif perempuan cenderung dianggap terlalu sederhana untuk sebuah standar bangunan pengetahuan sosiologi.

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2011

Agger, Ben. Teori Sosial Kritis (Kritik, Penerapan dan Implikasinya).Kreasi Wacana Yogyakarta. 2009

Santoso, Widjajanti.M. Sosiologi Feminisme (Konstruksi Perempuan dalam Industri Media). PT. LKiS Printing Cemerlang. Yogyakarta. 2011

Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transpormasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar