· Pokok persoalan yang ditekankan oleh Sosiologi Feminis
Sosiologi
feminis melihat segala sesuatu yang dinamakan orang sebagai “pengetahuan tentang dunia” dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengetahuan
itu selalu ditemukan dari tempat yang menguntungkan aktor yang berada dalam
struktur sosial tertentu
2. Pengetahuan
itu selalu memihak, berkepentingan, tak pernah total dan objektif
3. Pengetahuan
itu berbeda-beda dari orang ke orang karena perbedaan dalam penjelmaan dan
situasi sosial
4. Pengetahuan
itu selalu dipengaruhi oleh relasi kekuasaan – entah pengetahuan itu ditemukan
dari tempat yang menguntungkan orang-orang yang dominan atau orang-orang yang
di subordinasikan
Sosiologi
feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai system gagasan mengenai
kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang
terpusat pada wanita. Teori ini terpusat pada wanita dalam tiga hal. Pertama
situasi dan pengalaman wanita dalam masyarakat. Kedua, melihat dunia khusus
dari sudut pandang wanita terhadap dunia sosial. Ketiga, teori feminis
dikembangkan oleh pemikir kritis dan aktivis yang mencoba menciptakan kehidupan
yang lebih baik untuk wanita, menurut mereka, untuk kemanusiaan.
Teoritisi
sosiologi feminis mempertimbangkan apa-apa yang merupakan pendirian perempuan.
Salah satunya adalah produk kolektivitas sosial dengan sejarah dan komunitas
lingkungan yang cukup untuk mengembangkan pengetahuan relasi sosial bersama.
Feminis, memulai dari tempat Marx berhenti, mengidentifikasi kolektivitas
penting – pemilik, buruh, dan perempuan – yang hubungannya dengan proses
produksi dan reproduksi sosial membuat mereka menjadi sebuah kelompok tertentu.
Namun
teori feminis berbeda dengan kebanyakan teori sosiologi karena teori ini
mencakup semua sarjana dari disiplin lain, namun hal ini merupakan analisis
untuk mengembangkan pemahaman kritis mengenai masyarakat untuk mengubah
kehidupan kearah yang lebih adil dan berperikemanusiaan.
·
Kritikan
mereka terhadap orientasi dan teori-teori sosiologi yang ada
Teori
feminis memberikan banyak konstribusi bagi perkembangan teori kritis misalnya:
Betty Friedan dalam The feminine Mystique
tahun 1963 menyebutkan bahwa masalah perempuan kelas menengah semakin tidak
terungkap. Teori feminis menyuarakan isu yang diabaikan oleh sebahagian besar
teoritisi laki-laki
Membaca teori feminis dalam satu buku yang hampir sepenuhnya
diisi oleh teori laki-laki benar-benar kontroversial karena adanya kritik teori
feminis yang tidak pandang bulu atas teori dan pengetahuan “male stream”. Namun Betty Fredan percaya bahwa strategi ini bisa
dipertahankan karena semakin banyak karya (Feaser, 1989, Ben Habib 1992) yang
diabdikan untuk menunjukkan antara Marxisme dan Feminisme
Dalam
segi politik gender misalnya,
teoritisi feminisme meletakkan politik seksualitas di rumah tangga khususnya
yang berkaitan dengan pembagian kerja dirumah tangga maupun dalam konsep-konsep
feminitas dan maskulitas serta mengkaitkannya dengan politik rumah tangga seperti
siapa yang merawat anak, memasak dan sebagainya. Demikian juga dengan perempuan-perempuan
yang bekerja di sektor “kerah pink”.
Mereka dibayar rendah dan tidak terorganisasi di dalam dunia kerja. Namun
demikian, konsepsi patriarki adalah sebagai masalah struktural bagi
perempuan secara umum telah diabaikan
oleh teorisasi laki-laki.
Dari
hal tersebut diatas, feminis berpendapat bahwa teoretisi laki-laki menganggap
remeh, penindasan yang dialami perempuan di rumah tangga, pasar kerja, politik
dan budaya karena mereka melihat perempuan secara esensial bukanlah warga
Negara.
Meskipun
Engels (1972) setelah kematian Marx menulis dalam origin of the family, Private
Property and the state yang menjelaskan bagaimana sosialisme mengatasi
masalah perempuan untuk membebaskan mereka untuk memasuki pasar tenaga
kerja. Engels dan Marx lebih banyak
berbicara tentang supremasi laki-laki sebagai topik teoritisi mereka.
Kaum
feminis juga menentang multikulturalisme pos modern bahwa kelas, jender dan ras
di perlakukan bukan hanya secara analitis terpisah. Namun, pemisahan analitis
ini mendasari satu politik identitas yang niscaya memfragmentasi kelas pekerja, orang kulit
berwarna dan perempuan kedalam kelompok kepentingan terpisah dan bahkan saling
beradu.
Kaum
feminis juga telah mengembangkan teori mereka secara lebih medasar dibandingkan
dengan yang dilakukan oleh sebahagian besar Marxis. Hal ini mengangkat
kontribusi kedua teori feminis bagi pemahaman patriarki. Mereka juga menolak
pembagian tradisional yunani tentang kehidupan pribadi dan kehidupan publik. Seperti
teoritisi Mazhab Frankfurt, feminis memahami bahwa perubahan personal dan
interpersonal harus mendasari perubahan sosial
Dalam
bentuk politik seksualitas dan domestik misalnya, melalui pembagian kerja secara seksual, bahwa subordinasi perempuan oleh
laki-laki di kedua wilayah itu sebenarnya memiliki keterkaitan.
Kontribusi
utama ketiga teori feminis bagi penjenderan teori laki-laki adalah pandangan
tentang pembagian kerja secara seksual yang membantu menjelaskan bagaimana
subordinasi perempuan di pasar kerja, politik dan budaya mencerminkan dan
memperkuat subordinasi mereka di dalam rumah tangga. Kaum feminis menentang
pembelaan antropologis laki-laki tentang pembagian kerja berdasarkan seks
sebagai cara rasional untuk menangani tuntutan ekonomi dan domestic yang asli
pada masyarakat berburu dan meramu. Mereka juga menentang ide keluarga
Victorian yang tetap menjadi model kontemporer ke keluarga inti, perempuan
harus mengasuh laki-laki dan anak-anak sebagai kompensasi terhadap upah
keluarga. Feminis menentang pembagian kerja berdasarkan seks karena tidak ada alasan
biologis mengapa perempuan harus mengasuh anak dan melakukan pekerjaan rumah
tangga sementara laki-laki bekerja di luar rumah untuk mendapatkan upah, sehingga
menjadikan sang istri tergantung kepada para suami. Feminis juga menentang
pembagian kerja berdasarkan seks karena ini menyediakan satu model devaluasi
aktivitas perempuan di semua wilayah- rumah tangga, politik, ekonomi, budaya
Kontribusi
kelima teori feminis bagi teori sosial laki-laki adalah kritik atas
heteroseksualitas wajib, yang merupakan ajaran sentral konsep Victorian tentang
feminitas dan diambil dari asumsi bahwa perempuan memiliki nilai dalam hak
seksual dan emosional mereka bagi laki-laki. Seperti isu tentang perempuan
lesbian. Namun teori feminis mengangkat satu pertanyaan penting tentang sifat
orientasi seksual, dimulai dengan konsep Rita de mae Brown tentang perempuan
yang di identifikasikan sebagai perempuan.
Teoretisi
feminis berusaha mengoreksi celah kekurangan teoretisi laki-laki yang berkaitan
dengan isu jender maupun asumsi mereka yang tak teramati tentang patriarki.
Namun, feminis harus menghargai “perbedaan” termasuk perbedaan di antara
berbagai pendekatan feminis (misalnya Africana, lesbian, sosialis,
poskolonial).
·
Ide
pokok epistemology feminis sosiologis
Teori
sosiologi feminis berkembang dari teori feminis pada umumnya, sebuah cabang
ilmu baru tentang wanita yang mencoba menyediakan system gagasan mengenai
kehidupan manusia yang melukiskan wanita sebagai objek dan subjek, sebagai
pelaku dan yang mengetahui.
Pengaruh
gerakan feminis kontemporer terhadap sosiologi telah mendorong sosiologi untuk
memusatkan perhatian pada masalah hubungan jender dan kehidupan wanita. Banyak
teori sosiologi kini yang membahas masalah ini. Teori-teori fungsionalisme
sosial-makro, teori konflik analisis dan teori system dunia neo-Marxian,
semuanya mengeksplorasi rumah tangga dalam system politik sebagai cara
menjelaskan posisi subordinasi sosial wanita.
Pertanyaan-pertanyaan
feminis dapat digolongkan menurut empat pertanyaan mendasar:
1. Dan
bagaimana dengan perempuan?
2. Mengapa
situasi perempuan seperti sekarang ini?
3. Bagaimana
kita dapat mengubah dan memperbaiki dunia sosial?
4. Bagaimana
dengan perbedaan diantara perempuan?
Jawaban
dari pertanyaan diatas menghasilkan banyak teori feminis
Teori feminis juga memberikan enam proposisi sebagai
basis untuk revisi teori sosiologi standar.
1. Praktik
teori sosiologi harus berdasarkan sosiologi pengetahuan yang mengakui
keberpihakan dari semua pengetahuan, mengakui orang yang mengetahui (knower)
sebagai pihak yang ditempatkan secara sosial.
2. Struktur
sos makro di dasarkan atas proses yang dikendalikan oleh kelompok ominan yang
bertindak untuk kepentingan kelompoknya sendiri
·
Yang
dimaksud dengan sudut pandang perempuan (Women Stand’s Point)
Stand point
adalah cara untuk mengungkapkan signifikansi problematika perempuan taua yang
biasa disebut “pertanyaan perempuan”. Yang menjadi kerangka dasar stand point
adalah melihat adanya kelompok dominan berpengetahuan di masyarakat sekaligus
mendominasi, artinya, di tengah-tengah masyarakat ada kelompok marginal yang
harus menerima pengetahuan dominan tersebut.
Nancy
harstock sebagaimana yang dikutip dari Widjajanti. M. Santoso dalam buku Sosiologi Feminisme konstruksi perempuan dalam
industri media menjelaskan pandangan ini dengan menggunakan analogi
kelompok buruh yang berbeda dari kelompok kapitas dan pemikiran stand point
mengamati realitas dualistic. Feminis melihat bahwa pola pemikiran dualistic
ini adalah pola fikir laki-laki, dimana posisi perempuan adalah kebalikan dari
apa yang dialami oleh laki-laki. Untuk itu Feminis mengangkat pola dualistic
tersebut dengan cara mengembangkan potensi penyadaran perempuan dan untuk
memperlihatkan adanya perbedaan antara kehidupan sehari-hari dengan ideology
serta mengganggap bahwa norma dan nilai abstrak merupakan suatu peraturan yang
menekan kehidupan perempuan dewasa ini.
Dorothy Smith
menggunakan mekanisme stand point tersebut dengan kata lain pemikiran Smith
bukan sekadar pemikiran mengenai perempuan (sebagai objek penelitian) tetapi
pemikiran untuk perempuan(perspektif perempuan) artinya ada pengetahuan tentang
perempuan yang tidak terekam oleh pendekatan sosiologi. Apalagi, perspektif
perempuan cenderung dianggap terlalu sederhana untuk sebuah standar bangunan
pengetahuan sosiologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ritzer,
George. Douglas J. Goodman, Teori
Sosiologi Modern Edisi Ke-6. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2011
Agger,
Ben. Teori Sosial Kritis (Kritik,
Penerapan dan Implikasinya).Kreasi Wacana Yogyakarta. 2009
Santoso,
Widjajanti.M. Sosiologi Feminisme
(Konstruksi Perempuan dalam Industri Media). PT. LKiS Printing Cemerlang.
Yogyakarta. 2011
Fakih,
Mansour. Analisis Gender dan Transpormasi
Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar