Ini adalah sebuah blog yang memuat semua hal yang disukai elget, mulai dari media pembelajaran, resume, artikel, opini, aktifitas travelling, puisi, serta cerita / kisah yang bermakna dan diharapkan menjadi inspirasi positif buat semua pembaca.
Rabu, 30 Desember 2015
Kamis, 17 Desember 2015
sekilas tentang Jepang serta manajemen dan organisasinya
Sekilas Tentang Jepang
bersambung....
·
Dilambangkan sebagai negara maju. Hal ini
dibuktikan dengan merajalelanya produk yang beredar seperti: konsumsi (rumah
makan), barang elektronik, transportasi, pakaian dan bahan baku lainnya dan bahkan atom dan nuklir
·
Tidak luas dibandingkan dengan Indonesia, namun paling maju di Asia. Luasnya lebih kurang 378.000 km2 atau sama dengan
1/25 Amerika dan lebih kecil dari California
·
Dibagi menjadi 9 kawasan dari 47 prefektur yaitu
Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, Kyushu dan Okinawa dan
4 pulau utama yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku dan Kyushu
·
Penduduknya lebih kurang 128 juta orang
·
Yang berkuasa saat ini adalah kaisar Akihito
(Kaisar yang ke-125) menggantikan ayahnya Hirahito yang meninggal tanggal 7
januari 1989.
·
Dikenal sebagai negara misteri karena penuh
tanda tanya dan sejarah (tidak tahu siapa penemu jepang)
·
Menurut sejarah, kepulauan jepang terjadi
dimulai pada masa Palaozoic kemudian pada masa mesozoic, membentuk daratan dan
menyambung Asia, kemudian pada Periode III
masa Cenozoic, daratan ini kembali menjadi lautan. Pada periode IV masa
Deluvium daratan ini muncul kembali
·
Memiliki 4 musim yaitu musim semi/ haru (maret –
mei), panas/ natsu (juni – agus), dingin/ fugu (sep-nov), gugur/ aki (des-feb)
·
Rawan gempa dan bencana bumi akibat letak
geografis (dipenuhi pegunungan dan bukit)
·
Suku asli (suku ainu) dengan kebudayaan Jomon
namun ada yang mengatakan bahwa suku asli nya berasal dari bangsa mongol,
Manchuria, Siberia dan Turki (Teori Selatan
Utara)
Budaya Jepang
·
Kebudayaan digunakan dalam makanan khas, rumah
adat, pakaian adat, tarian, bahasa dan samurai. Samurai merujuk kepada orang/
jalan hidup
·
Samurai digunakan untuk menyebut orang yang
mengabdi kepada bangsawan
·
Filosofi samurai terletak pada kebesaran dengan
simbol bulan sabit diatas helm (Ajaran Zen) yang menekankan ketenangan jiwa dan
keyakinan hati sebagai sumber kehidupan.
·
Berbohong adalah aib yang tak mungkin ditanggung
·
Bunga sakura simbol samurai menyandang filosofi
menghargai waktu, karena ia hanya bersemi dan berbunga dalam waktu yang singkat
seperti umur manusia. Jadi tidak ada kata penyesalan. Samurai harus menjunjung
tinggi nilai keadilan
·
Ada
4 etika ketat dalam pertempuran samurai yaitu:
- Tidak boleh menyerang dari belakang
- Harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri
- Harus dilakukan sampai tuntas
- Pedang adalah simbol spritual dan komitmen
·
Filosofi kematian dalam samurai yang dipahami
adalah:
- Mati dalam pertempuran adalah cara terhormat dari pada ditangkap musuh
- Seppuku (tindakan bunuh diri dengan cara merobek perut) dianggap tindakan gagah berani
- Junshi (seppuku yang dilakukan sebagai tanda kesetiaan kepada raja). Hal ini tidak diperbolehkan lagi pada saat sekarang
- Sokotsu-shi (Seppuku untuk menebus kesalahan).
Namun keempat
hal diatas sudah mulai mengalami perubahan
·
Perekonomian Jepang
Merujuk pada
seharah, Jepang memiliki kekuatan militer yang handal. Jepang mengalahkan China
(1894-1895) dan Rusia (1904-1905) dan diakui sebagai negara besar. Jepang
menginvansi Korea (1910), menduduki Mansyuria (1931), mengadakan Pakta dengan
Jerman dan Italia (1940), menyerang pangkalan Amerika Pearl Harbour pada 8
Desember 1941 serta menguasai banyak negara Asia, Samudera Pasifik termasuk
Indonesia.
Pada tahun
1945, jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki membuat Jepang
menyerah kepada sekutu (AS dan kawan-kawan). Pada tahun 1950, Jepang
menandatangani perjanjian perdamaian termasuk dengan India,
Taiwan ((1952), Burma (1954), Uni Soviet dan Philipina (1956), Indonesia (1958).
Namun yang mengagumkan adalah setelah kehancurannya, Jepang mulai bangkit
menjadi negara Industri dan terus mengalami perkembangan yang sangat
signifikan.
·
Manajemen Jepang
Dalam
pengelolaan manajemen Jepang menggunakan sistem sebagai berikut:
- Menggunakan sistem bekerja seumur hidup bagi para pekerja (lama bekerja 34 – 40 tahun). Hal ini membawa dampak positif yaitu : menjamin kontinuitas dan kekuatan pekerja serta mendorong untuk berpartisipasi dalam area manajemen perusahaan, menimbulkan rasa aman dan nyaman sehingga pekerja bisa berinovasi dan menciptakan teknologi baru
- Penggunaan robot diterima baik oleh pekerja
- Bekerja dengan tekanan sebagai modal utama
- Keharmonisan pekerja dengan manajemen
- Tidak ada konflik antara buruh dengan pemerintah, perusahaan dan pemerintah
- Tidak ada perbedaan kelas
- Buruh berpendidikan dan memiliki motivasi kerja yang tinggi
- Tidak ada konsep diri tetapi apa yang dilakukan adalah kerja tim
- Tidak ada hirarki status/ posisi manager, eksekutif, sopir karena semuanya makan di kantin yang sama
- Ada serikat pekerja di bawah perusahaan untuk kesejahteraan karyawan
bersambung....
Rabu, 16 Desember 2015
Organisasi dan Manajemen: Teori Motivasi Menurut Ahli
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu
kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari
perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti
kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005)
mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk
makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling
dasar
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan
perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu
kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan
untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu
kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
·
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil
terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan
harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang
dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau
kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
·
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata
mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan
yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan
manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi
tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan
berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
·
Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg
dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar
dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan
keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal
dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal
dari ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik
(konteks pekerjaan) meliputi :
1. Upah
2. Kondisi kerja
3. Keamanan kerja
4. Status
5. Prosedur perusahaan
6. Mutu penyeliaan
7. Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan
kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap
kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya
menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan
setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1. Pencapaian prestasi
2. Pengakuan
3. Tanggung Jawab
4. Kemajuan
5. Pekerjaan itu sendiri
6. Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti
membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi
yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor
ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
·
Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh
David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan,
yaitu (Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan pencapaian (need for achievement) :
Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan
berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) :
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka
tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need for affiliation) :
Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan
imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi
seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
b. Harga diri
c. Harapan pribadi
d. Kebutuhaan
e. Keinginan
f. Kepuasan kerja
g. Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis dan sifat pekerjaan
b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c. Organisasi tempat bekerja
d. Situasi lingkungan pada umumnya
e. Sistem imbalan yang berlaku dan cara
penerapannya.
sumber: diambil dari beberapa sumber
Sosiologi Pedesaan : HUBUNGAN DESA DAN KOTA DALAM PEMBANGUNAN
A.
PENDAHULUAN
Apabila kita bicara mengenai terjadinya
kontak antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak itu dapat timbul
sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, maka yang akan terjadi itu
diartikan sebagai interaksi. Interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses
social, proses ekonomi, proses budaya, ataupun proses politik dan sejenisnya
yang lambat atau yang dapat menimbulkan suatu realita ataub kenyataan.
Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi
karena berbagai factor maupun unsur yang ada dalam desa, dalam kota,
maupun yang ada diantara desa dan kota.
Kemajuan masyarakat desa, perluasan jaringan desa kota,
integrasi atau pengaruh kota
terhadap desa, kebutuhan timbal balik desa-kota secara bertahap dan efektif.
B.
PENGERTIAN DAN
RUANG LINGKUP INTERAKSI
Apabila terjadi
kontak antara dua wilayah atau lebih dan dapat menimbulkan sesuatu kenyataan
yang baru dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang terjadi itu diartikan
sebagai interaksi. Interaksi itu dapat dilihat sebagai proses apabila,
interaksi itu timbul dari kontak antara dua atau lebih seseorang, kontak itu
dapat seseorang dengan seseorang. Seseorang dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok.
Sesuatu interaksi
social tidak mungkin terjadi, apabila tidak memenuhi syarat yaitu, adanya
kontak social dan adanya komunikasi. Sesuatu kontak dapat bersifat primer,
apabila dua atau lebih orang terjadi hubungan secara langsung bertemu dan
berhadapan muka, misalnya orang-orang tersebut berjabat tangan, atau saling
tersenyum dan seterusnya. Sesuatu kontak dapat bersifat sekunder, apabila
hubungan tersebut terjadi secara tidak langsung, atau hubungan itu terjadi
lewat perantara atau sarana.
Interaksi desa dan kota dapat berarti sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud
tertentu yang ditimbulkan oleh adanya hubungan antara desa dan kota. Sesuatu yang baru tersebut dapat
merupakan hasil manusia desa, atau manusia kota,
atau manusia antara desa dan kota.
Perwujudan dari interaksi tersebut merupakan hasil dari peradaban manusia yang
bersangkutan.
Interaksi antara desa
dengan kota dapat terjadi karena berbagai factor
atau unsur yang ada pada desa, dalam kota dan
diantara desa dan kota.
Kemajuan masyarakat desa, perluasan jaringan desa kota,
integrasi atau pengaruh masyarakat kota
terhadap masyarakat desa, kebutuhan timbal balik desa-kota telah memacu
interaksi tersebut. Dengan adanya kemajuan dibidang perhubungan antara daerah ,
maka sifat isolasi desa makin berkurang, masyarakat desa yang dekat dengan kota
telah banyak mendapat pengaruh kota, sehingga persentase penduduk desa yang
bertani berkurang dan beralih pekerjaan non-agraris.
Daerah-daerah
perdesaan di perbatasan kota yang dipengaruhi
oleh kehidupan kota
disebut dengan “rur-ban areas”,
singkatan dari rural-urban areas. Petani-petani didaerah rurban ini umumnya
keadaannya lebih maju di daerah rural karena: (a), jarak yang dekat dengan kota, sehingga frekunsi pergaulan antara warga desa dengan
warga kota
boleh dikatakan agak tinggi. Berita-berita melalui surat kabar dan media transistor dapat sampai
di daerah rurban ini. (b), Kemungkinan anak-anak rurban, lebih besar daripada
anak dari pedesaan (rural). (c), kesempatan memperoleh mata pencaharian
tambahan di kota
dimungkinkan dengan adanya letak yang berdekatan.
Dengan perkembangan
sarana dan prasarana transportasi ada kemungkinan gejala urbanisasi, dalam hal
ini perpindahan penduduk dari desa ke kota
dapat berkurang. Perkembangan ini juga mempengaruhi bidang-bidang yang lain,
seperti pendidikan dan perdagangan. Perdagangan antar desa-kota yang berupa
barang-barang hasil kerajinan dan terutama hasil pertanian dapat terlaksana
dengan lancer. Suasana kehidupan tambah gairah bagi masyarakat tepian kota. Daerah rurban makin
lama makin berkembang dengan suatu fungsi yang baru sebagai desa dagang.
Bertambahnya penduduk
dan jaringan lalulintas di daerah ini akan mempercepat terjadinya suatu kota kecil yang baru. Ruang
lingkup interaksi desa-kota, yang dapat timbul adalah sebagai berikut: (a), City di identikkan dengan kota, (b), Suburban
adalah suatu area yang lokasinya dekat pada pusat kota,
(c), Suburban fringe adalah suatu
area yang melingkari suburban yang merupakan daerah peralihan antara kota desa. (d), Urban fringe adalah semua batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota. (e), Rureal-urban fringe adalah suatu jalur daerah yang terletak antara
daerah desa dan derah kota,
yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran.
Ruang lingkup atau
zone-zone adalah daerah-daerah yang membentuk jalur-jalur linier yang teratur
dalam ruang. Biasanya merupakan zone yang mengelilingi Pusat-Pusat Daerah
Kegiatan (PDK), atau Central Business Districts (CBD).
C.
PERBEDAAN
ANTARA DESA DAN KOTA
Perbedaan-perbedaan
kehidupan di desa dan kota meliputi beberapa aspek atau segi seperti lingkungan, pekerjaan, jumlah dan kepadatan
penduduk, diferensiasi, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, interaksi
sosial, solidaritas social, homogenitas, gaya hidup, prasarana dan teknologi
serta kelembagaan.
1.
Lingkungan
Konsep lingkungan
dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu (a) lingkungan fisik atau inorganic, (b)
lingkungan biologis atau organic dan (c) lingkungan social budaya. Lingkungan
fisik termasuk semua factor physiographic yang terdiri dari tanah, iklim,
angin, radiasi, gaya
berat (gravity), hutan dan lain-lain. Lingkungan biologis termasuk serangga,
parasit, tanaman dan binatang. Sedangkan lingkungan social budaya dapat berupa
kebudayaan bersifat material seperti alat-alat, senjata, kendaraan, mesin dan
lain-lain, biososial yang berupa penggunaan dari sumber-sumber yang biologis
antara lain tanaman dan binatang, serta kebudayaan bersifat immaterial antara
lain adat, bahasa, cara, kebiasaan dan lain-lain.
Dari sifat pekerjaan
orang-orang tani di pedesaan secara tegas membedakan lingkungan tersebut di
atas dengan daerah perkotaan. Ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungan
fisik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang di desa
terutama para petani. Ini berarti petani sangat tergantung kepada keadaan cuaca
atau alam. Cuaca yang baik, sifat hujan yang teratur, air yang cukup merupakan
keuntungan-keuntungan yang diharapkan oleh para petani. Setiap orang desa atau
petani sangat tergantung pula pada tanah, tanaman dan binatang yang dapat
memberikan kehidupan untuk mereka. Dengan demikian seorang yang tinggal di desa
atau petani sangat membutuhkan tanah untuk pertanian, tanaman-tanaman yang
dibutuhkan serta binatang piaraan yang dapat membantu pekerjaan dan memberikan
penghasilan kepada mereka. Seorang yang tinggal di kota mungkin tidak begitu membutuhkan tanah
yang luas serta binatang-binatang piaraan seperti kerbau atau sapi. Orang-orang
di kota lebih
membutuhkan bangunan-bangunan, mesin-mesin atau benda-benda buatan manusia yang
kurang dibutuhkan di daerah pedesaan.
2.
Pekerjaan
Diantara perbedaan
yang nyata pada masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah bidang pekerjaan.
Pekerjaan di pedesaan lebih banyak pada bidang pertanian. Tanaman dan binatang
piaraan merupakan ciri yang fundamental dalam kehidupan petani di pedesaan.
Factor-faktor yang
membedakan antara petani satu dengan yang lainnya dapat berupa dari pemilikan
luasnya tanah/sawah si petani dan system pertanian yang dipergunakan. Di
Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan petani sawah, ladang, perkebunan, perikanan,
peternakan dan lain-lain. Seorang petani peternak dengan memiliki beberapa ekor
sapi akan berbeda irama atau ritme kerjanya daripada petani sawah. Seorang
petani peternak dengan memiliki beberapa ekor sapi akan berbeda irama atau
ritme kerjanya dari pada petani sawah. Seorang petani peternak akan mengikuti
jam-jam tertentu dalam melakukan pekerjaannya yaitu memeras susu sapi yang
kemudian mendistribusikan kepada para langganannya. Perbedaan-perbedaan
pekerjaan hanya dibedakan karena sifat atau pemeliharaan yang dilakukan si
petani dalam pola kerja pertanian yang memang berbeda itu. Secara umum dapat
dikatakan pemeliharaan ternak yang dilakukan si peternak membutuhkan
keterampilan yang berbeda dengan si petani yang memelihara tanaman.
Beberapa dengan pekerjaan
orang dipedesaan, maka pekerjaan orang di kota
lebih banyak di bidang non pertanian atau bidang industri, perdagangan dan
jasa. Karena pekerjaan orang kota
di luar pertanian, maka luas tanah diperlukan hanya untuk keperluan pembuatan
rumah, kantor atau gudang-gudang. Dalam pekerjaan di daerah perkotaan lebih
bervariasi, dari pedagang besar sampai pedagang kecil, dari buruh yang
berkedudukan tinggi sampai buruh rendah dan seterusnya.
3.
Jumlah dan
Kepadatan Penduduk
Biasanya jumlah dan
kepadatan penduduk merupakan indicator untuk menetukan desa dan kota, walaupun indicator
ini mendapatkan kesulitan untuk diterapkan terutama di Negara-negara yang sudah
maju.
Kalau besarnya
penduduk menjadi indicator atau ukuran untuk sebuah desa atau kota,
maka timbul pertanyaan “berapa jumlah penduduk untuk dapat dikatakan sebuah
desa atau kota?, apakah memang jumlah penduduk
yang mencirikan desa atau kota?, dapatkah
penduduk desa yang berkembang dengan cepat dan menjadi padat kita namakan itu
sebuah kota?
Secara administratif memang jumlah penduduk menjadi ukuran untuk dinamakan desa
atau kota.
Namun secara sosiaologis ukuran desa dan kota
didasarkan atas perbedaan yang luas dalam tatanan atau pola tingkah laku social
masyarakatnya.
Di Indonesia sejak tahun
1961 telah digunakan criteria untuk membedakan definisi desa dan kota. Adapun dasar
kriteria kota
menurut sensus 1961 yaitu:
a)
Berstatus
kotamadya
b)
Berstatus
ibukota kabupaten
c)
Mempunyai
tingkat ekonomi tertentu dan berpenduduk minimal 20.000 orang
d)
Digolongkan
sebagai “kota”
oleh pemerintah daerah setempat
Kalau sensus 1961 kota didifinisikan dengan jumlah penduduk minimal 20.000
orang, maka banyak desa-desa berubah statusnya menjadi kota. Namun dari perubahan-perubahan status
dari desa dan kota masih banyak pula di mana
suatu daerah sudah dikatakan menjadi kota
tetapi masyarakatnya secara sosiologis masih mencerminkan ciri-ciri pedesaan.
Kesulitan menentukan daerah
desa atau kota
terjadi di Amerika. Di Amerika sebelum sensus tahun 1880 yang disebut kota adalah pemukiman yang
berpenduduk lebih dari 8000 orang. Pada sensus sesudahnya, angka ini menjadi
4000 orang dan pada tahun 1910 jumlah penduduk yang disebut kota menjadi 2500
orang. Sejak tahun 1930 sampai 1960 sensus di Amerika membedakan tiga kategori
yaitu kota (urban), desa bukan pertanian (rural nonfarm) dan desa pertanian
(rural farm).
Di Indonesia kriteria desa
dan kota
seperti di Amerika dari segi jumlah penduduk memang tidak relevan. Namun
kategori yang membedakan kota, desa bukan
pertanian dan desa pertanian seperti di Amerika mulai terlihat di Indonesia.
Dalam penelitiannya S. Sudarmadi yang dilakukan pada tahun 1977 di desa
Pesawahan kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa penduduk yang
bukan petani terdapat 56, 8% dan mereka tidak berpenghasilan dari petani
melainkan dari jasa-jasa produksi bukan pertanian. Dalam penelitian yang saya
lakukan pada tahun 1982 di kecamatan Batu Ceper dan Teluk Naga di Kabupaten
Tangerang ternyata di kecamatan Batu Ceper hanya terdapat 31% dari jumlah
penduduknya yang bekerja di bidang pertanian, sedangkan sisanya sebanyak 69%
mereka bekerja di luar bidang pertanian.
Tentunya mulai banyak
desa-desa di Indonesia yang berkembang seperti desa pesawahan dan desa-desa di
kecamatan Batu Ceper disebabkan karena perkembangan industrialisasi. Bahwa
dengan perkembangan industrialisasi yang pesat perubahan terhadap desa-desa
cenderung pula terjadi dimana jumlah penduduk di desa sebagian besar bukan lagi
bekerja di bidang pertanian jasa produksi di luar pertanian.
Ditinjau dari sejarah
pertumbuhan desa menjadi kota
terlihat peranan pembangunan ekonomi dan industrialisasi mempunyai pengaruh
yang besar dalam perkembangan kota-kota tersebut. Dan nyatanya betul bahwa ada
korelasi yang positif antara perkembangan kota-kota dengan tingkat kemajuan
ekonomi. Namun satu hal yang perlu dibuktikan apakah urbanisasi adalah hasil
dari kemajuan ekonomi atau sebaliknya kemajuan ekonomi disebabkan oleh
pertumbuhan kota-kota?
Kembali kita lihat jumlah
dan kepadatan penduduk dipedesaan dan diperkotaan. Rendahnya
kepadatan penduduk mencerminkan cirri dari masyarakat pedesaan karena kondisi
dari sifat pertanian yang hanya membutuhkan tenaga yang lebih sedikit apalagi
kalau pekerjaan-pekerjaanpertanian banyak dikerjakan dengan penggunaan mekanisasi.
Besar dan kepadatan penduduk di pedesaan dapat bergantung pula oleh tersedianya
lahan untuk pertanian. Kalau lahan pertanian sudah dianggap sempit karena
banyaknya penduduk di desa, maka biasanya banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan
dan terjadilah arus urbanisasi.
Kepadatan penduduk dapat
membedakan kehidupan di desa dan kota.
Di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat dapat memperlihatkan
ciri-ciri kehidupan orang-orang kota
seperti sempitnya tanah, mahalnya sewa rumah, kebisingan, sulitnya parkir,
udara yang kotor, daerah-daerah tertentu, yang padat dan kotor (slums),
ketegangan-ketegangan. Di samping itu, sejumlah hubungan sosial yang khusus,
spesialisasi dan cara-cara tertentu lainnya lagi untuk kehidupan orang kota yang berbeda dengan
orang-orang disana.
Bagi orang-orang yang
tinggal di desa, kepadatan penduduk yang rendah mempunyai keuntungan yang
banyak seperti udara yang bersih, tenang, sunyi, masih banyak pohon-pohon,
rumput dan binatang-binatang serta bebas dari pencemaran lingkungan. Namun ada
pula aspek yang merugikan dalam rendahnya kepadatan penduduk dari segi-segi
isolasi geographis karena belum baiknya prasarana transportasi dan informasi.
Di desa-desa terpencil seperti di desa-desa Irian Jaya, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera di mana jumlah dan kepadatan
penduduknya yang kecil memperoleh kesulitan misalnya pengadaan pendidikan.
Bukan saja di desa –desa tersebut sulit untuk mencari guru-guru yang mau
mengajar tetapi kesulitan pula bagi murid-murid yang bersekolah karena mereka
banyak yang dating dari jarak yang jauh dan tanpa menggunakan alat
transportasi.
4.
Diferensiasi
sosial
Diferensiasi sosial
di pedesaan sangat berbeda dengan daerah perkotaan dari beberapa hal terutama
dari sudut mata pencaharian. Mata pencaharian di desa relatif sederhana dan
sebagian besar penduduknya bertani walaupun banyak dari mereka tidak memiliki
tanah. Variasi mata pencaharian masih sedikit dan lebih banyak kebidang
pertanian daripada kebidang industry dan jasa-jasa. Dengan pertumbuhan penduduk
yang cukup tinggi dan sedikitnya variasi mata pencaharian menyebabkan banyak
timbul pengangguran yang tidak kentara (disguised
unemployment) dan rendahnya produksi serta penghasilan penduduk di
pedesaan. Di kota
terdapat pembagian pekerjaan yang lebih banyak dan kompleks dan bersifat
spesialisasi. Jenis pekerjaan di kota-kota lebih banyak di bidang industri dan
jasa.
Sebagai akibat
adanya urbanisasi, di kota
penduduknya berasal dari berbagai macam suku bangsa dari berbagai macam daerah dengan
berbagai macam pula kebudayan. Karena penduduk kota
berasal dari berbagai macam kebudayaan, dengan demikian penduduk di kota terdiri dari berbagai
macam agama, kebiasaan, adat, aliran politik, pekerjaan, pendidikan, bahasa,
standard kehidupan ekonomi yang berbedadengan citra rasa yang berbeda pula. Di
tengah-tengah kehidupan kota yang sangat berbeda
tersebut orang-orang di kota
mempunyai hubungan satu sama lainnya yang berbeda pula.
Integrasi dan
koordinasi muncul dalam kehidupan orang-orang di kota karena sifatnya yang heterogen dan
kompleks. Melalui pembagian pekerjaan dan spesialisasi semua bagian-bagian
dalam kehidupan di kota
menjadi saling tergantung. Bagian-bagian seperti tempat perdagangan
(business-area), industry, gudang, pemukiman semuanya merupakan bagian-bagin
yang tidak dapat terlepas dari keseluruhan kehidupan di kota. Situasi ini sangat berbeda dengan
situasi di desa di mana diferensiasi social tidak kompleks karena masyarakatnya
masih homogen.
Integrasi di kota terjadi sebagai hasil
dari ketidaksamaan (heteroginita) dari masyarakatnya. Setiap orang di kota mempunyai kepentingan
yang berbeda-beda dan justru itu mereka saling membutuhkan. Solidaritas yang
terbentuk di dalam masyarakat kota
ini disebut oleh Durkheim sebagai solidaritas organic. Berbeda dengan di kota, integrasi di kota
bersifat menyeluruh, menyinggung aspek-aspek kehidupan yang pokok-pokok dan
untuk beberapa bidang saja secara terpisah. Solidaritas masyarakat desa disebut
solidaritas mekanik.
5.
Stratifikasi
social
Ada 4 perbedaan dalam lapisan social atau kelas antara
pedesaan dan perkotaan:
a) Pada masyarakat
pedesaan memiliki kelas-kelas soaial yang lebih sedikit dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan.
b) Pyramid sosial
dipedesaan tidak begitu extreme seperti diperkotaan.
c) Kelas-kelas di
pedesaan memiliki kelas-kelas pembagiannya lebih sedikit dari pada di perkotaan
dan di pedesaan cendrung hanya pada pembagian kelas menengah (middle class)
d) Prinsip kasta
diperkotaan tidak selalu (rigid) seperti di pedesaan.
Stratifikasi terbentuk atas
dasar pola pemilihan tanah. Namun dengan terbukanya desa dengan dunia luar maka
lapisan ini mengalami perubahan. Strata bukan lagi hanya didasarkan atas
pemilikan tanah saja melainkan timbul pula unsur-unsur lain seperti kekayaan,
pendidikan, jabatan dan lain-lain.
6.
Mobilitas
social
Mobilitas social
atau gerak social diartikan sebagai gerak struktur social. Tipe mobilitas
social dapat berupa mobilitas horizontal dan mobilitas vertical. Mobilitas
horizontal diartikan sebagai suatu peralihan seseorang dari kelompok social
yang satu ke kelompok social yang lain yang mempunyai derajat yang sama.
Mobilitas horizontal ini merupakan gerak perpindahan territorial. Dalam
mobilitas ini tidak terjadi perubahan dalam kedudukan atau derajat seseorang
karena geraknya tersebut. Mobilitas vertical dapat diartikan sebagai peralihan
seseorang dari kedudukan social yang satu ke kedudukan social lainnya yang
tidak sederajat atau tidak sama kedudukannya. Mobilitas vertical dapat berarti
seseorang dapat naik kedudukan sosialnya dari kedudukan sosialnya dari
kedudukan yang semula rendah ataupun sebaliknya.
Kesempatan dalam
mobilitas horizontal dan vertical yang diperoleh di desa sangat terbatas
dibandingkan dengan di kota.
Di desa, seseorang petani akan mewariskan kepada anak-anaknya keahlian dalam
bertani dan akhirnya anak-anaknya akan tetap menjadi petani. Demikian pula
seorang pedagang, tukang besi dan seterusnya akan mewariskan bidang
pekerjaannya kepada anak-anaknya tanpa merubah kedudukan ke tempat yang lebih
tinggi, atau merubah kepada pekerjaan yang lainnya yang berlainan dengan orang
tua mereka. Di kota,
seseorang yang bekerja di pabrik bukan karena ayahnya bekerja sebagai buruh
pabrik, seorang pedagang belum tentu dahulu ayahnya adalah pedagang, seorang
pegawai, wartawan, supir taksi atau pekerjaan lainnya belum tentu sama dengan
pekerjaan orang tuanya. Tempat-tempat pekerjaan di kota-kota diisi oleh
pekerja-pekerja yang berasal dari berbagai kelompok pekerjaan orang tuanya.
Seseorang yang tinggal di kota
dengan mudah dapat beralih pekerjaannya dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya, dari buruh bisa menjadi wartawan atau pedagang. Dengan besarnya
mobilitas di kota,
seorang dapat naik atau turun dari kelas social yang ia miliki semula.
Seseorang yang tidak dapat menyesuaikan dirinya di desa atau ingin lebih
berkembang ke tingkat yang lebih tinggi maka ia akan meninggalkan desa untuk
pergi ke kota.
Arus migrasi membawa seseorang yang biasanya mempunyai pendidikan yang lebih
tinggi di desa berusaha pindah ke kota.
Orang miskin di desa yang pindah ke kota dapat
saja meningkat penghasilannya, walaupun ia tetap merupakan orang miskin di kota. Tetapi apabila ia
pulang ke desanya akan memperoleh posisi atau kedudukan yang lain atau lebih
tinggi dari kedudukan yang semula ia meninggalkan desanya, atau dapat pula
kebalikannya karena hartanya habis di jual untuk pergi ke kota.
7.
Interaksi
sosial
Interaksi social yang terjadi sangat
berbeda di daerah pedesaan dan perkotaan. Kesempatan untuk mengadakan hubungan
atau kontak-kontak social di daerah perkotaan di bandingkan dengan daerah
pedesaan. Sifat pekerjaan di daerah perkotaan lebih membuat orang-orang kota membutuhkan
kontak-kontak social untuk setiap harinya. Alat-alat komunikasi seperti
telepon, radio, surat kabar, tv dapat membuat
kontak-kontak social orang-orang kota
lebih banyak atau lebih sering walaupun tempat tinggal mereka terpisah cukup
jauh.
Situasi di kota sangat berbeda
dengan situasi pedesaan dalam hal kontak social. Kunjungan-kunjungan untuk
mengadakan kontak social di pedesaan sangat terbatas, apalagi di desa-desa yang
terpencil atau terisolir. Walaupun tidak banyak, warung yang buka sampai jauh
malam di desa dapat membuka kontak-kontak social yang dilakukan oleh warga desa
tersebut.
Ada beberapa perbedaan kualitatif antara interaksi
social di pedesaan dan perkotaan, antara lain:
a) Tempat melakukan
kontak-kontak social orang-orang desa sangat terbatas di bandingkan dengan
orang-orang di kota.
b) Sejumlah
kontak-kontak social yang dilakukan oleh orang-orang desa relative hanya dalam
dunia yang sempit saja dan sangat kurang di bandingkan dengan orang-orang di kota.
c) Kontak social
yang dilakukan oleh orang-orang desa lebih bersifat personal sedangkan kontak
social pada orang kota
bersifat impersonal.
d) Kontak-kontak
social pada orang-orang desa lebih bersifat permanent dan kuat dan sebaliknya
kontak social orang kota
bersifat tidak tetap dengan jarak waktu yang pendek.
8.
Solidaritas
social
Solidaritas social pada masyarakat
pedesaan sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan. Pada masyarakat pedesaan
solidaritas social nya tercipta atas dasar hasil kesamaan dan keseragaman dari
peranan-peranan atau komponen-komponen tersebut. Dalam kelompok-kelompok di
pedesaan itu menurut Durkheim membentuk solidaritas mekanik (mechanical solidarity),
yang bersifat wajar, spontan, bersahaja dan bersifat pribadi. Berbeda dengan di
atas, terbentuknya solidaritas social dalam masyarakat kota sebagai hasil ketidaksamaan
(heterogenita) dari peranan-perana tau komponen-komponen kelompok tersebut.
Masyarakat kota
mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda dan justru itulah mereka
saling membutuhkan dan saling tergantung satu sama lainnya atau interdependen.
Pada kelompok ini menurut Durkheim solidaritasnya membentuk solidaritas organic
dan tipenya bersifat formal dan berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat
kontrak.
9.
Homogenitas
Dipedesaan penduduknya lebih memiliki
persamaan dalam beberapa hal seperti suku bangsa, bahasa, agama, adat, tata
nilai, tujuan dan lain-lain. Berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang
penduduknya lebih heterogen atau memiliki perbedaan dalam hal agama, suku
bangsa, bahasa, adat, tata nilai, tujuan dan lain-lain. Ketidaksamaan kota berdasarkan hasil
perpindahan penduduk dari desa-desa beranekaragam latar belakang suku bangsanya.
10.
Gaya
hidup
Dalam gaya
hidup terdapat literatur yang membedakan 3 gaya
hidup yaitu gaya hidup metropolite, urbanite dan
localite (ruralite) yang mencerminkan perbedaan cara hidup yang tinggal di
kota-kota besar atau metropolitan, orang yang tinggal di kota-kota biasa atau kota kecil dan orang-orang
yang tinggal di desa-desa.
Di Negara-negara
sudah maju seperti Amerika terdapat kecendrungan ke arah gaya dan pandangan hidup yang sama antara
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Akan tetapi di Negara-negara yang
sedang berkembang gaya hidup masyarakat pedesaan
sangat berbeda dengan gaya
hidup masyarakat perkotaan. Karena itu di negar yang sedang berkembang timbul
perbedaan gaya
hidup yyang metroplite, urbanite dan ruralite.
Di daerah pedesaan
pandangan hidup orang-orang di desa masih dipengaruhi oleh kehidupan
kekluargaan (extended family), tolong-menolong dan gotong-royong, yang semua
ini sudah meluntur di perkotaan. Gay hidup orang-orang desa masih berorientasi
kepada kesederhanaan dan apa adanya, yang sangat dipengaruhi oleh cara
kehidupan pertanian yang merupakan way of life orang-orang desa. Gaya hidup orang di kota
dipengaruhi oleh benda-benda modern dan cara hidup yang meterialistis sehingga
orang kota
lebih suka menyatakan dirinya sebagai orang modern.
11.
Prasarana dan Teknologi
Keadaan prasarana di pedesaan jauh
berbeda dengan di daerah perkotaan. Prasarana di pedesaan pada umunya masih
kurang sekali bahkan di desa-desa terpencil dan terisolasi prasarana atau
infrastruktur boleh dikatakan buruk sekali sehingga komunikasi dengan
orang-orang didesa tersebut menjadi terhambat. Prasarana lain seperti fasilitas
kesehatan, pendidikan, perumahan, rekreasi dan lain-lain sangat kurang. Berbeda
dengan di kota dimana jalan-jalan yang sudah
baik dan listrik melengkapi sarana-sarana
kota
ditambah dengan berbagai macam fasilitas kesehatan, pendidikan, kesehatan,
perumahan, rekreasi dan lain-lain.
Di daerah pedesaan
masih banyak orang-orang desa menggunakan teknologi yang masih sederhana. Masih
banyak para petani yang menggunakan pacul, bajak dengan kerbau serta
teknologi-teknologi sederhana lainnya. Mesin-mesin traktor untuk pengolahan
tanah dan mesin-mesin modern lainnya sangat kurang digunakan di pedesaan. Para
petani masih terbatas menggunakan teknologi modern hanya pada pupuk, obat hama dan huller untuk
pengolahan padi. Di daerah perkotaan tingkat teknologi jauh lebih maju
dibandingkan dengan pedesaan. Alat-alat komunikasi seperti telepon, radio, tv, surat kabar, majalah dan lain-lain sudah menjadi kebiasaan
orang kota
dalam mempergunakannya. Dengan perkembangan teknologi modern yang sangat pesat
di kota-kota mengakibatkan kehidupan di kota
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah pedesaan.
12.
Kelembagaan
Kelembagan di daerah pedesaan pada umumnya
masih bersifat tradisional dan jumlahnya sedikit. Di daerah perkotaan sudah
berkembang lembaga-lembaga yang modern dan bersifat kontrak. Jumlah
lembaga-lembaga di perkotaan ini jauh lebih banyak dan cepat berubah untuk
menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan atau kemajuan-kemajuan
masyarakatnya.
Lembaga-lembaga di
daerah perkotaan ini sangat menunjang meluasnya nilai budaya kota yang berdasarkan materialisme dan
individualisme. Namun lembaga-lembaga ini masih banyak yang bersifat transisi
yang artinya walaupun bentuknya modern tetapi dasar hubungannya masih bersifat
pribadi dan keluarga.
Menurut S. Sudarmadi
ada 4 hal yang merupakan hubungan atau peranan timbal balik yang saling
menunjang antara pedesaan dan perkotaan. Keempat hal tersebut adalah:
1)
Pedesaan
sebagai sumber produksi pangan bagi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan,
di samping itu sebagai penghasil bahan mentah untuk industri dan kerajinan di
perkotaan.
2)
Pedesaan
menyediakan tenaga murah dan sanggup mengerjakan pekerjaan kasar yang terlalu
sedikit di punyai oleh penduduk di kota.
3)
Pedesaan
memerlukan barang-barang kerajinan atau hasil jadi untuk keperluan konsumsi
mereka. Dan komoditi ini sebagian besar diproduksi di perkotaan. Daerah
pedesaan merupakan potensi yang besar sekali untuk pemasaran hasil industri
yang kebanyakan berada di daerah perkotaan.
4)
Pedesaan
memerlukan jasa-jasa dari penduduk di perkotaan terutama dalam zaman modern
ini, dimana terdapat saling ketergantungan antara bangsa, komunikasi dan
transportasi yang menjadikan dunia dalam satu system baik dalam perdagangan dan
kerja sama kebudayaan. Kota
merupakan sumber dari tenaga intelektual dan yang memiliki keterampilan yang
dapat membantu pedesaan.
Sebenarnya hubungan antara desa dan kota dapat berperan timbal
balik dan saling menunjang, namun dalam kenyataannya tidak selalu perana
tersebut dapat berfungsi secara harmonis. Menurut Sudarmadi hubungan yang
terjadi antara desa dan kota
dianggap sebagai hal yang dualistik. Suatu hubungan yang kontras atau adanya
perbedaan-perbedaan yang mencolok antara desa dan kota
sehingga menimbulkan berbagai keganjilan struktur hubungan antara desa dan kota yang mengakibatkan desa merupakan daerah yang
ketinggalan dan kurang beruntung dan kota
yang jauh lebih maju.
Dualisme merupakan istilah
yang digunakan pertama kali oleh seorqang sarjana bangsa Belanda bernama Boeke
melihat Economic Policy of Dual Societies.
Dalam tulisannya masyarakat terbagi dalam 2 kutub yang satu sama lainnya saling
bertentangan yaitu seekor yang maju dan sector lainnya yang terbelakang.
Masyarakat yang kehidupannya memiliki ke 2 kutub tersebut disebut oleh Boeke
dengan masyarakat dualistic. Kata dualisme kemudian dipakai oleh kebanyakan
ahli pembangunan seperti Adelman dan Morris dalam bukunya “Economic growth and
Social Equity in Developing Countries”.
Gambaran masyarakat
dualistic dapat saja timbul sebagai akibat dari adanya pembangunan. Dualistic
bukan saja dilihat dari masyarakat yang tradisional di satu pihak dan daerah
yang tertinggal di daerah lain. Dapat kita lihat bahwa pembangunan yang di
laksanakan di Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, kelihatannya sudah
banyak berhasil daslam mengubah masyarakat denga meningkatkan taraf hidup
rakyatnya. Akan tetapi perubahan-perubahan atau kemajuan ekonomi tersebut lebih
banyak dinikmati oleh penduduk yang tinggal di kota-kota saja. Golongan
penduduk yang tinggal di kota-kota besar atau metropolitan yang dilengkapi oleh
kemudahan-kemudahan hidup yang modern dan lengkap serta
pendapatan-pendapatannya yang relative tinggi dan perkembangan ekonominya lebih
cepat. Sebaliknya golongan penduduk yang tinggal di pedesaan hidup dalam
keadaan yang tidak mencukupi serta kurangnya pelayanan social dan kemudahan
modern lainnya. Pelayanan kesejahteraan dan kemudahan yang modern lebih banyak
di petik atau dinikmati oleh orang-orang
yang tinggal di kota-kota. Walaupun di daerah perkotaan juga diperoleh
perbaikan namun majunya masih lambat sekali.
Manifestasi yang menyolok akibat dampak pembangunan ini dapat disebut sebagai
keganjilan social.
Dari contoh dijelaskan
bahwa sebenarnya hubungan antara pedesaan dan perkotaan boleh dikatakan sebagai
hubungan yang tidak seimbang. Keadaan kota
dan desa sangat berbeda. Hubungan antara kota
yang diharapkan saling menunjang dan saling membantu dalam kenyataannya tidak
berjalan dengan semestinya. Hubungan yang lebih mengarah kepada penghisapan
lebih sering terjadi daripada kerjasama. Harga-harga yang menguntungkan para
petani misalnya harga beras naik lebih di tentang oleh orang-orang kota karena dianggap tidak
menguntungkan mereka. Harga-harga yang berasal dari produksi pertanian sering
dibanting harganya pada waktu-waktu panen karena barang-barang pertanian lebih
mudah rusak/busuk, tetapi harga yang berasal dari produksi misalnya tekstil
harus dibayar dengan harga tinggi oleh para petani. Seorang petani harus
membayar harga produksi industri dengan hasil penjualan dari pertanian yang
jauh lebih rendah. Dibanding pembayaran tenaga kerja, di pedesaan orang
membayar upah dengan upah yang jauh lebih murah daripada pembayaran di daerah
perkotaan. Dengan demikian pendapatan orang-orang di desa jauh lebih rendah
daripada orang-orang di kota.
Dari berbagai proses
ketimpangan dalam berbagai macam hubungan tersebut menyebabkan masyarakat pedesaan
merupakan golongan yang selalu terbelakang dan ketinggalan. Hal ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat pedesaan. Setiap orang yang
merasa mempunyai tingkat pendidikan yang baik enggan untuk bekerja di daerah
pedesaan.
REFERENSI
Bintarto, R. Prof.
Drs. 1984, Urbanisasi dan Permasalahannya, cetakan 1. Ghalia Indonesia. Jakarta
Davis, Kingsley,
1977. The Role of Urbanization Development Process, Israel
Dawam rahardjo M,
1984, Transpormasi Pertanian, Industrialisasi, Cet.1. UI Press
Sajogyo, 1982,
Ekologi Pedesaan. Obor Indonesia.
Jakarta
Basuki Resobowo,
1993. Pegangan Kuliah Mahasiswa: Sosiologi Perkotaan. Universitas Andalas. Padang
Selasa, 08 Desember 2015
Gender Dalam Dunia Pendidikan
Mengenai permasalahan gender tidak lepas dari sebuah teori
yang mendasar yang dapat dibagi kepada dua kelompok teori yakni teori sosial
makro, dan mikro. Berbicara mengenai wacana gender dalam pendidikan tidak lepas
dari faktor lainnya seperti organisasi keluarga dan pekerjaan, surplus ekonomi,
kecanggihan tekhnologi, kepadatan penduduk dan lainnya. Karna kesemuanya adalah
variabel yang saling mempengaruhi banyak hal tentang gender begitupun didalam
fenomena pendidikan.
Persoalan mendasar mengenai gender bermula dari pertanyaan
“ dan bagaimana dengan pearempuan ? “ hal tersebut akan dibahas dalam tiga
teori yang ada dalam teori sosial makro yakni fungsionalime, teori konflik
analitik dan teori sistem dunia.
Harus diakui bahwasanya teori fungsional memang gagal
melihat kerugian yang dialami wanita dalam masyarakat. Alasannya dalam teori
fungsional terutama dalam teori Parson cenderung meminggirkan masalah
ketimpangan sosial, dominasi, dan penindasan tentu saja karna fungsionalisme
selalu menekankan ketertiban sosial
Adanya pendidikan tidak saja melihat kepada pendidikan
formal, namun harus dimulai dengan bagaimana pendidikan itu dimulai. Tentu saja
kita bisa melihat fenomena proses pendidikan dalam keluarga dimana wanita
sangat berperan sebagai produsen utama fungsi-fungsi pokok keluarga.
Dalam keluarga perempuan secara tidak langsung dididik
menjadi seorang yang mengutamakan perasaan. Hal itu lantas menjadi pola turun
temurun sebagai hal yang dipandang alamiah maka timbulah fenomena dalam
pendidikan umumnya perempuan memilih studinya yang mengutamakan perasaan dan
kecerdsasan emosional. Contoh banyak perempuan lebih memilih studi tentang
keperawatan, pramugari, entertainer, psikolog, guru, dan lain lain.
Dibandingkan
dengan fenomena yang ada dimasa lalu gender sudah banyak memperoleh kesempatan
yang sama dengan laki-laki. Dulu banyak fenomena dimana orang tua lebih
mengutamakan pendidikan untuk anak laki-lakinya dengan berbagai alasan, tapi
tidak dipungkiri mungkin saat ini masih bisa terjadi.
bahwasannya pada teori konflik analitik lebih menggunakan
pendekatan cultural, dalam teori ini melihat adanya ketimpangan gender yang
selalu disebut sebagai stratifikasi jenis kelamin.
Agar lebih jelas kelompok-kelompok feminis dapat kita golongkan
menjadi tiga golongan yakni feminis liberal, radikal, dan sosialis.
Feminis Liberal adalah feminis yang
mengusulkan bahwasannya perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki,
ciri dari gerakan ini tidak mengusulkan perubahan struktur secara fundamental,
melainkan memasukan wanita kedalam struktur yang ada berdasarka prinsip
kesetaraan dengan laki-laki.
Jelas mungkin bila selama ini pendidikan lebih mendahulukan
kaum laki-laki maka feminis ini leabih memperjuangkan tentang adanya kesetaraan
mengenai hak-hak yang seharusnya diperoleh para perempuan yang sama dengan kaum
adam. Contoh dalam pendidikan adanya kesamaan memperoleh hak yang sama dalam
menimba ilmu apapun yang dipandang sebagai pendidikan untuk para pria caontoh
sekolah SMK/STM, AKABRI,AKPOL,Politik, dan lain sebagainya.
Memfokuskan kepada perlakuan yang sama terhadap
wanita diluar dari pada didalam keluarga.
·
Memperluas kesempetan pendidikan merupakan
langkah efektif untuk melakukan perubahan sosial.
·
Pekerjaan rumah tangga seperti merawat anak,
melayani bapak, menyusui,memandikan, memasak,meancuci dipandang sebuah
pekerjaan tidak terampil yang merupakan pengandalan tubuh, bukan pikiran
rasional.
·
Perjuangan harus meanyentuh kesetaraan politik
antra wanita dan laki-laki,melalui perwakilan wanita diruang-ruang publik
·
Feminis saat ini cenderung lebih sejalandengan
liberalisme kesejahteraan atau egalitarian yang mendukung kesejahteraan Negara
(welfare state)
Feminis Radikal
Feminis radaikal lebih menekankan kebalikan dari feminis
liberal, jika sebelumnya kaum feminis mengusulkan kesetaraan kaum hawa dengan
kaum adam maka radidkal tidak demikian, hal ini dapat dilihat dari usulan
bahwasangnya hak antara laki-laki dan hak perempuan harus dibedakan. Misallnya
wanita dan laki-laki mengkonseptualkan kekuasaan secara berbeda, bila laki-laki
lebih pada mendominasi dan mengontrol orang lain maka perempuan lebih tertuju
dalam berbagi dan merawat keakuasaannya..
Feminis ini menyatakan bahwasanya adanya keteransingan yang
dialami kaum perempuan karena diciptakan oleh unsur politik maka transformasi
personal lebih kepada aksi-aksi radikal.
Inti ajaran feminis radikal
·
memprotres ekploitasi terhadap wanita (termasuk
peran ibu, pasanagan sex, dan istri) feminis radikal menganggap perkawinan
sebagai bentik formalitas yang mendeskriminasikan perempuan.
·
masyarakat harus diubah secara
menyeluruh,termasuk lembaga-lembaga sosial fundamental harus dirubah secara
fundamenbtal pula
the personal
political.
Feminis
Sosialis
Aliran
ini bertumpu pada teori Marx dan Engel yang beraliran sintesa
histories-matrealis. Menurut Engel laki-laki dan perempuan berperan dalam
pemeliharaan keluarga inti, namun kareaana tugas tradisional wanita mencakup
pemeliharaan rumah tangga dan penyiapan makanan seadanagakan tugas laki-laki
mencari makan,memiliki dan memerintah budak serta memiliki alat-alat prodauksi
yang mendukung tugas tersebaut. Dalam hal ini laki-laki meampunyai akumulasi
kekayaan yang lebih tinggi dari perempuan. Hal ini yang amenyebabkan posisi
laki-laki dianggap lebih penting dan sangat mudah daalam mengekploitasi perempuan.
·
Wanita tidak dimasukan kedalam analisis kelas.
Dengan alasan karna wanita tidak mempunayai hubunagan khusus dengan alat-alat
produksi.
·
Mengajukan solusi bahwasannya wanita harus
dibayar untuk upah kerjanya dalam rumah tangga
·
Kapitalisme memperkuat sexism, karena memisahkan
antara pekerjaan rumah tangga dan bergaji.dan maendesak agar wanita melakukan
pekerjaan diwilayah domestic.
Dapat kita jelaskan bgaimana ketiga aliran feminis ini
menanggapi permasalahan gender dari berbagai argumennya, hal ini juga dapat
kita katkan daengan isu-isu bagaimana isu gender dalam pendidikan?
Jika kita memahami ketiga teori diatas dan ketiga teori
yang ada pada teaori sosial makro sebelumnya maka gender bergerak bagaimana
seharusnya perempuan. Jelas seperti dinyatakan dalam fungsionalis yang sama
dengan pernyataan golongan liberal bahwa perempuan haruslah diposisikan
keruang-ruang public dan memperoleah hak yang sama dengan laki-laki. Di I
ndoneasia mungkin kita teringat akan perjuangan Kartini sang pahlawan yang
memeperjuangkan kesamaan perempuyan dalam mengaksek dunia pendidikan dan dapat
berkiprah didunia public.
Yang kedua golongan radikal jelas kebalikan dari liberal
kaitannya dengan pendidikan bisa ditebak keinginannya untuk merubah struktur
masyarakat yang selama ini dianggap merugikan perempuan, yakni adanya isu
ekploitasi kaum perempuan oleh para laki-laki. Mungkin jika kita melihat dalam
pendidikan, bisa jadi protes atas gaji guru honorer perempuan yang lebih rendah
dari guru laki-laki, bisa jadi protes atas kedudukan laki-laki yang mendominasi
dunia pendidikan.
Langganan:
Postingan (Atom)